Quantcast
Channel: Noura Books
Viewing all 500 articles
Browse latest View live

War Storm: Parade Wanita-Wanita Tangguh

$
0
0

Belum lama ini, Victoria Aveyard kembali dengan War Storm, buku keempat sekaligus yang terakhir dari seri debutnya, Red Queen. Setelah ratusan halaman penuh dengan intrik dan peperangan, perseteruan antara Kaum Perah dan Kaum Merah pun mencapai puncaknya. Meskipun kebanyakan sekuel cenderung kehilangan fokus cerita, War Storm justru berhasil memberikan impresi sekuat Red Queen dan memberikan akhir cerita yang cukup memuaskan.

Red queen-victoria 01 ed
foto: publisherweeky.com

Melalui narasi yang intens dan penulisan yang detail, Victoria Aveyard mampu menggambarkan sebuah keadaan distopia yang hampir mirip dengan situasi dunia saat ini. Kaum Perak, yang memilih darah perak dan dianugerahi kemampuan super, memiliki kekuasaan atas Kaum Merah yang berdarah merah dan tidak memiliki kemampuan super. Situasi ini terjadi sebelum akhirnya terungkap bahwa ada sebagian dari Kaum Merah yang secara genetis ternyata memiliki kemampuan yang bahkan lebih kuat dari Kaum Perak. Fakta inilah yang kemudian memicu Barisan Merah, sekelompok pejuang revolusi yang bertekad untuk membebaskan Kaum Merah dari penindasan Kaum Perak. Adanya ketimpangan status sosial yang didasarkan pada perbedaan genetis ini sebenarnya merepresentasikan fenomena rasisme yang terjadi di berbagai belahan dunia. Kondisi ini juga bisa dikaitkan pada diskriminasi terhadap kelompok minoritas lainnya, seperti komunitas agama maupun suku.

Selain narasinya yang intens, hal yang sangat berkesan dari War Storm adalah eksistensi sederet karakter wanita yang tangguh. Hal ini sebenarnya sudah kerap ditonjolkan sejak Red Queen, namun sebelumnya hanya berfokus pada Mare Barrow. Dalam War Storm, pembaca bisa mengetahui jalan cerita dari sudut pandang Evangeline Samos. Narasi versi Evangeline ini tentu memiliki daya tarik tersendiri, apalagi mengingat statusnya yang dulu kerap dijadikan ‘pion’ oleh ayahnya. Selain itu, pembaca juga diperkenalkan lebih jauh pada sosok Iris Cygnet sang permaisuri dari kerajaan tetangga dan Farley, salah satu sosok pemimpin Barisan Merah. Sebagai bonus, Victoria bahkan memberikan porsi tersendiri untuk Anna, nenek sang raja yang tak pernah lelah berjuang di balik layar.

Meskipun memiliki pandangan politik yang berbeda dan berjuang di sisi yang berlawanan, mereka tidak merasa gengsi untuk mengakui kehebatan satu sama lain. Evangeline, misalnya, pernah memuji Mare yang berkali-kali mampu mengecewakan kedua pangeran Calore. Farley, yang punya posisi penting di antara Barisan Merah pun pernah menyatakan rasa bangganya terhadap Mare. Wanita-wanita tangguh ini bertarung untuk memperjuangkan prinsip yang mereka percaya, namun hal itu tidak membuat mereka buta terhadap kelebihan lawannya. Sambil terus berusaha saling mengalahkan, mereka tetap dapat menghormati ‘kekuatan’ dan “kemampuan” lawan.

Membaca War Storm memberi kepuasan tersendiri, terutama setelah melihat sederet karakter wanita tangguh yang memiliki harapan, mimpi, kekuatan, dan kelemahan masing-masing. Victoria Aveyard bukan sekadar menciptakan karakter wanita sebagai tokoh figuran, tapi juga sekaligus menyuarakan tekad para wanita. Hal inilah yang memperkaya narasi buku ini secara keseluruhan dan membuat War Storm patut dinobatkan sebagai buku terakhir sebuah seri yang berkesan di hati para penggemar distopia. [Rifda/Sumber: The Harvard Crimson]

The post War Storm: Parade Wanita-Wanita Tangguh appeared first on Noura Books.


Sukses dengan Divergent, Pouya Shahbazian Akan Mengadaptasi Caraval, Red Queen, dan The Selection Menjadi Film

$
0
0

Pouya Shahbazian, produser film Divergent, dikabarkan akan menggarap film adaptasi dari novel debut karya Stephanie Garber. Keputusan ini diumumkan setelah 20th Century Fox mengakuisisi hak perfilman Caraval dan menetapkan judul film adaptasinya, yaitu Hearts Made of Black.

Pouya Shahbazian mendapat posisi ini setelah menggarap American Honey yang dibintangi oleh Shia LaBeouf dan Divergent 3: Allegiant yang diproduksi oleh Lionsgate. American Honey (2016) telah memenangkan Grand Jury Prize dalam Festival Film Cannes 2016 dan menjadi salah satu nominasi Best British Film dalam BAFTA Awards 2017. Kedua film inilah yang membawa namanya masuk dalam daftar Next Gen “35 under 35” yang dirilis oleh The Hollywood Reporter pada 2013 lalu, serta dalam daftar “Star Watch” Honoree List of the Brightest New Talent in the Publishing Industry yang dirilis oleh Publishers Weekly pada 2016 lalu.

Pouya Shahbazian memang bukanlah nama asing bagi para pegiat literasi dan perfilman. Sebagai literary manager di New Leaf Literary and Media, Pouya Shahbazian tidak hanya memproduseri berbagai film adaptasi, namun juga menulis beberapa karya. Dengan menggunakan nama pena Walter Jury, ia pernah berkolaborasi dengan Sarah Fina untuk menulis seri YA berjudul Scan yang diterbitkan oleh  G.P. Putnam’s Sons Books for Young Readers, salah satu imprint Penguin Random House.

Baca Juga: 4 Pelajaran Cinta dari Seri Red Queen

Red Queen

Pada saat bersamaan, Pouya Shahbazian juga tengah menggarap dua film adaptasi novel distopia lain, yaitu Red Queen (Victoria Aveyard) yang diproduksi oleh Universal dan The Selection (Kiera Cass) yang diproduksi oleh Warner Bros. Selain itu, produser yang satu ini juga terlibat dalam proses produksi Apollo Rising (Sony Pictures) yang naskahnya ditulis oleh Victoria Aveyard dan American Blood (Warner Bros) yang diadaptasi dari novel karya Ben Sanders.

Karena kecintaannya pada literasi, hampir semua film yang pernah diproseduri oleh Pouya Shahbazian biasanya diadaptasi dari sebuah buku atau seri yang terkenal. Beberapa di antaranya yang masih dalam tahap produksi adalah Shadow & Bone (Leigh Bardugo) yang diproduksi oleh Dream Works & Heyday Films dan Runner (Patrick Lee) yang diproduksi oleh Warner Bros. & Justin Lin.

Melihat banyaknya proyek yang sedang digarap oleh Pouya Shahbazian ini, banyak penggemar novel fantasi yang khawatir apakah seri favorit mereka akan benar-benar diadaptasi ke layar lebar. Namun, selama judul novel favoritmu masih tercantum dalam situs New Leaf Literary and Media, sepertinya masih ada harapan untuk melihat visualisasinya di layar lebar! [Rifda/Sumber: Variety & Hollywood Reporter]

Baca Juga: Alasan Novel Distopia Disukai Pembaca Muda Nomor 3 Nggak Kamu Sangka

The post Sukses dengan Divergent, Pouya Shahbazian Akan Mengadaptasi Caraval, Red Queen, dan The Selection Menjadi Film appeared first on Noura Books.

Muhammad Nabi Cinta

$
0
0

Inilah pesan Muhammad bin Abdullah, sebagai perjanjian bagi mereka yang memeluk agama Kristen, dekat dan jauh, kami bersama mereka.

Sesungguhnya aku, para pelayan, para pembantu dan pengikutku membela mereka, karena orang Kristen adalah wargaku; dan demi Allah! Aku menahan dari apa pun yang tidak menyenangkan mereka.

Tidak ada paksaan atas mereka.

Hakim-hakim mereka juga tidak akan dicopot dari pekerjaan mereka dan para biarawan tidak akan dipindahkan dari biara tempat mereka berada. Tidak seorang pun boleh menghancurkan rumah agama mereka, merusaknya, atau membawa barang apa pun dari dalamnya ke rumah orang Muslim.

Jika ada yang melakukan salah satu dari tindakan-tindakan tadi, berarti dia merusak perjanjian Allah dan tidak menaati Nabi-Nya. Sesungguhnya mereka adalah sekutuku dan memiliki jaminan amanku dari semua yang mereka benci.

Tidak ada yang boleh memaksa mereka untuk melakukan perjalanan atau mewajibkan mereka berperang.

Gambar: Wikipedia

Orang Muslim harus berjuang untuk mereka. Jika seorang perempuan Kristen menikahi laki-laki Muslim, pernikahan itu tidak terjadi tanpa persetujuannya. Dia tidak boleh dicegah dari mengunjungi gerejanya untuk berdoa.

Gereja-gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dihalangi dari memperbaiki gereja maupun kesucian perjanjian mereka. Tidak boleh ada satu bangsa pun (Muslim) yang tidak menaati perjanjian sampai Hari Akhir (akhir dunia).

Perjanjian Nabi Muhammad Saw. dengan gereja Santa Katharina (St. Chaterine) di atas, menjadi semacam penawar luka Mesir dari luka tenggang rasa beragama masyarakatnya. Dalam surat tersebut, Nabi memperjuangkan kerukunan sosial antara Muslim dan Kristen. Beliau menyinggung hak asasi manusia termasuk kebebasan hati nurani, beribadah, dan hak atas perlindungan selama masa perang.

Biara St. Catherine, Mesir (Foto: islamicity.org)

Selain surat perjanjian itu, kita bisa merenungkan kunjungan kelompok Kristen Najran (kini dikenal dengan sebutan Yaman)–ke kota Madinah. Muhibah ini mungkin yang paling penting dicatat sebagai interaksi antar-iman di antara Nabi Muhammad dan kalangan Kristen. Sekitar 631 M, Nabi Muhammad mengirim surat kepada beberapa masyarakat Kristen dan para pemimpinnyaa, mengajak mereka memeluk Islam.

Khalid bin Al-Walid, r.a. dan Ali bin Abi Thalib, r.a. melakukan perjalanan sejauh 450 mil ke selatan Madinah, demi membawa sepucuk surat untuk golongan Najran. Setelah surat diterima, kalangan Kristen tidak menerima seruan awal Nabi Saw untuk memeluk Islam.

Kali kedua Nabi Muhammad mengirimkan diplomat lain, Al-Mughirah bin Syu’bah, yang membujuk golongan Najran agar menerima undangan mengunjungi Madinah. Menanggapi itu, Kristen Najran kemudian mengirim delegasi yang berjumlah 60 orang, 45 di antaranya para sarjana Kristen.

Ketika sudah saling bertatap muka kaum Muslim dan Kristen secara terbuka mendiskusikan perihal pemerintahan, politik dan agama. Mereka bersepakat pada banyak persoalan, tetapi mereka juga sepakat untuk tidak bersepakat pada persoalan-persoalan teologis. Kalau ada frase yang bisa menyimpulkan pertemuan mereka, maka itu adalah “saling menghormati.” Ya, tenggang rasa itu.

Setelah melakukan perbincangan diplomatik, kalangan Najran berkata pada Nabi Muhammad, “Sudah waktunya bagi kami untuk beribadah kepada Tuhan.” Tidak ada gereja terdekat untuk mereka melaksanakan ibadah. Karena itu, delegasi Kristen mulai berjalan keluar Masjid untuk bersembahyang di jalanan Madinah.

Alih-alih membiarkan kalangan Kristen itu beribadah di jalanan yang padat dan berdebu, Nabi Muhammad berpaling kepada mereka dan berkata, “Kalian adalah para pengikut Tuhan. Silakan berdoa dalam masjidku. Kita semua saudara sesama manusia.”

Kelompok Muslim mengizinkan kalangan Kristen menggunakan Masjid Nabawi, suatu tempat suci Islam, untuk beribadah dengan bebas. Muhammad juga memberi mereka tempat untuk menginap di dekat rumahnya, dan bahkan memerintahkan kaum Muslimin agar memasangkan tenda untuk mereka. ‘Sebuah jembatan’ di antara dua komunitas keagamaan ini dibangun hari itu. Kedamaian dan niat baik memang gemilang.

Ketika kelompok Najran meninggalkan Madinah, seorang pemimpinnya mengatakan kepada Muhammad Saw: “… kami memutuskan untuk meninggalkan kalian sebagaimana adanya kalian, dan kalian membiarkan kami sebagaimana adanya kami. Namun, kirimlah bersama kami seorang laki-laki yang dapat bertindak sebagai hakim pelindung harta benda kami, karena kami menerima kalian.” Rombongan Kristen pun meninggalkan Madinah dengan sebuah garansi tertulis bahwa Nabi Saw akan melindungi nyawa, harta benda, dan hak hidup mereka.

Usai pertemuan bersejarah itu, Muhammad secara gamblang menerangkan konsekuensi tidak menghormati orang Kristen, “Sesiapa yang menzalimi orang Nasrani, aku sendiri yang akan menjadi pendakwanya pada Hari Kiamat.” (HR Al-Bukhari)

Hadits tersebut masih diperkuat dengan sebuah ayat al Quran yang berpesan:

قُلْيَاأَهْلَالْكِتَابِتَعَالَوْاإِلَىٰكَلِمَةٍسَوَاءٍبَيْنَنَاوَبَيْنَكُمْأَلَّانَعْبُدَإِلَّااللَّهَوَلَانُشْرِكَبِهِشَيْئًاوَلَايَتَّخِذَبَعْضُنَابَعْضًاأَرْبَابًامِنْدُونِاللَّهِۚفَإِنْتَوَلَّوْافَقُولُوااشْهَدُوابِأَنَّامُسْلِمُونَ

“Katakanlah: Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’” (QS Keluarga Imrân [3]:64).

Ada sebuah hadits lain yang pernah Beliau sitir di hadapan para sahabatnya, “Amal paling utama adalah menjaga perdamaian dan hubungan baik dengan manusia, karena pertengkaran dan segala perasaan yang buruk, menghancurkan umat manusia.”

***

Bagi Craig remaja, Islam adalah Bin Laden, AI-Qaeda, dan kekerasan sebagaimana yang digambarkan media. Namun, saat kuliah di American University dan bertemu dengan Prof. Akbar Ahmed, persepsinya tentang Islam berubah totaI. Sejak kuliah pertamanya. Prof. Ahmed telah membuat Craig bukan hanya penasaran, tapi juga jatuh cinta kepada pribadi sang Nabi Islam. Dia pun mulai belajar tentang Islam Iebih banyak lagi dan menemukan sifat rahmah Rasulullah Saw. serta ajarannya yang mengutamakan kasih sayang.

Buku Muhammad Nabi Cinta adalah kumpulan catatan Dr. Craig Considine, seorang Nasrani yang juga dosen Sosiologi di Rice University Amerika Serikat, tentang Rasulullah Saw. dan Islam. Di tengah kecenderungan sebagian muslim yang memilih jalan kekerasan, buku ini dapat menjadi rujukan dari sepasang mata baru dan segar tentang Islam sejati, yang rahmatan III ‘alaamin.

Dengan menjalin perjanjian bersama umat Kristen dan Yahudi, Nabi Saw menyatakan secara jelas bahwa warga suatu negara Islam tidak harus menganut agama Islam. Nabi Saw secara gamblang menolak elitisme dan rasisme, serta menuntut agar umat Islam memandang saudara-saudari lbrahimiah mereka setara di hadapan Tuhan.

Craig mempelajari Muhammad dalam kerangka menjawab pertanyaan, “Apa arti menjadi warga Amerika?” Meskipun umat Islam di seantero dunia dan warga Amerika terkadang dipandang sebagai musuh, penelitiannya menunjukkan Muhammad dan para pendiri bangsa Amerika Serikat menganut prinsip-prinsip yang sama.

Misal, ayat-ayat Tuhan yang diturunkan kepada Muhammad, mengarahkannya untuk merayakan keragaman dan mensyukurinya sebagai unsur pokok masyarakat Muslim. Pertemuan Muhammad dengan Tuhan selanjutnya direkam dalam Al-Quran, pada ayat yang menyatakan: ‘Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang Iaki-Iaki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” (QS Al-Hujurât [49]: 13)

Sebagai tambahan, dalam khutbah terakhir di bukit Arafah, Nabi Saw menyatakan bahwa, “Seorang Arab tidak lebih tinggi derajatnya dari orang bukan Arab, juga non-Arab tidak lebih tinggi derajatnya dari orang Arab. Seorang kulit putih tidak lebih tinggi derajatnya dari orang kulit hitam, pun orang kulit hitam tidak lebih tinggi derajatnya dari orang kulit putih, kecuali karena amal salehnya.”

Secara ringkas, Nabi Muhammad tidak suka menilai orang berdasarkan keyakinan agama atau warna kulitnya.

Dengan cara serupa, para pendiri bangsa Amerika juga memiliki kepedulian mendorong adanya persamaan. Alinea kedua Declaration of Independence menyatakan, bangsa Amerika, “meyakini kebenaran-kebenaran nyata ini, bahwa semua manusia tercipta sama derajatnya.”

Dalam Konstitusi Amerika Serikat juga dinyatakan, “Kongres tidak akan membuat undang-undang yang menghormati pendirian agama, atau pun yang menghalangi pengamalan agama tersebut secara bebas,” yang berarti bahwa seorang individu bisa berasal dari latar belakang keagamaan apa pun dan tetap menjadi warga Amerika.

Deklarasi Negara Amerika Serikat (Gambar: Wikipedia)

George Washington dan Nabi Muhammad Saw. memiliki pemikiran yang sama dalam hal mengutuk bentuk penyiksaan apa pun. Nabi Muhammad Saw sesungguhnya menjulang di atas barbarisme penyiksaan. Ia menyatakan dengan tegas, “Tahanan harus hidup dengan nyaman. Orang Islam harus lebih memperhatikan kenyamanan para tahanan daripada kenyamanan mereka sendiri.”

Lebih spesifik lagi, Muhammad Saw dan presiden pertama Amerika Serikat, George Washington, memiliki semangat yang sama, khususnya terkait perlakuan terhadap kaum minoritas keagamaan. Dalam Konstitusi Madinah, Muhammad Saw menuliskan bahwa, “orang-orang asing” dalam masyarakat Muslim diperlakukan dengan pertimbangan khusus dan “dengan alasan yang sama sebagaimana para pelindung mereka.”

Lebih dari 1.000 tahun kemudian. Washington menulis bahwa “Hati sanubari bangsa Amerika terbuka untuk menerima… orang-orang yang tertindas dan teraniaya dari semua bangsa dan semua agama, yang akan disambut [orang Amerika] untuk turut menikmati semua hak dan keunggulan (mereka). Baik mereka [Muslim], Yahudi, atau pun Nasrani dari aliran apa pun.”

Pada hakikatnya, Muhammad dan para pendiri bangsa Amerika memiliki visi ke depan mengenai pluralisme dan kesetaraan. Umat Islam di seantero dunia dan warga Amerika, baiknya mengingat pendekatan para tokoh tersebut dalam menemukan keseimbangan dan harmoni dalam komunitas-komunitas mereka.

Bagi Craig, nilai-nilai Islam sebagaimana diungkapkan Muhammad Saw, dan nilai-nilai bangsa Amerika sebagaimana diletakkan George Washington, tidaklah terlalu berbeda satu dari yang lainnya. Melalui teladan mereka, kita bisa menabur benih-benih pemahaman dan perdamaian dalam masyarakat kita.

Kesimpulannya, Craig melihat Nabi Muhammad Saw sebagai seorang yang memerangi rasisme sebelum hari-hari Nelson Mandela, dan sebagai seorang pemimpin yang senantiasa ingin mempersatukan, bukan memecah-belah, bangsa-bangsa dari beragam latar belakang berbeda.

Sebagai warga Amerika penganut Katholik, tidak masalah bagi Craig bahwa Muhammad Saw tidak menganut keyakinan yang sama dengannya. Tapi yang penting baginya adalah, karakter dan perilaku Beliau. Pada akhirnya, itulah yang ia harapkan dari umat manusia: agar mereka dapat melihat melampaui keyakinan-keyakinan keagamaan dan warna kulit orang-orang, dan menyelam jauh ke dalam hati serta jiwa mereka. [Ren Muhammad]

The post Muhammad Nabi Cinta appeared first on Noura Books.

Ketakutan Donald Trump

$
0
0

“Kekuatan yang sesungguhnya adalah rasa takut.”

Demikian yang disampaikan Donald Trump dalam wawancara dengan Bob Woodward dan Robert Costa pada 31 Maret 2016 di Old Post Office Pavilion, Trump International Hotel, Washington DC.

Fear yang disusun oleh Woodward, menggambarkan karakter presiden Amerika ke-45 yang cenderung emosional, meledak-ledak, tak dapat ditebak, dan cenderung masa bodoh; semua tergambar dalam setiap kebijakannya. Seolah membuktikan keyakinan pada ucapan Trump yang kontroversial, seluruh geraknya menimbulkan ketakutan, tak hanya di kalangan staf Gedung Putih–yang harus siap siaga mengatasi kekacauan yang ia buat–dan masyarakat Amerika, tetapi juga masyarakat dunia. Padahal usianya sudah memasuki angka 73 tahun.

Trump lahir dan dibesarkan di wilayah Queens, New York City, dan menerima gelar ekonomi dari Wharton School. Ia mengambil alih bisnis real estat keluarganya pada 1971, lalu menamainya Organisasi Trump, dan memperluasnya sedari Queens dan Brooklyn ke Manhattan. Perusahaan ini membangun-merenovasi gedung pencakar langit, hotel, kasino, dan lapangan golf. Trump kemudian memulai pelbagai usaha sampingan, kebanyakan dengan melisensikan namanya. Ia mengelola perusahaan hingga jelang pelantikannya sebagai Presiden Amerika pada 2017.

Trump juga ikut menulis beberapa buku, termasuk The Art of the Deal. Sempat pula memiliki kontes kecantikan Miss Universe dan Miss USA dari tahun 1996 hingga 2015; memproduksi serta menjadi pembawa acara The Apprentice, sebuah acara televisi realitas (2003 hingga 2015). Forbes memperkirakan kekayaan bersihnya mencapai $ 3,1 miliar. Fantastis.

Trump memasuki pemilihan presiden 2016 sebagai seorang Republikan dan mengalahkan 16 kandidat lain dalam pemilihan pendahuluan. Komentator politik Amerika menggambarkan posisi politiknya sebagai populis, proteksionis, dan nasionalis. Ia terpilih dengan kemenangan mengejutkan atas calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Trump menjadi Amerika tanpa dinas militer atau terjun dalam tugas pemerintahan.

Foto: theatlantic.com

Pemilihan dan kebijakan Trump telah memicu banyak protes. Ia telah membuat banyak pernyataan yang salah atau menyesatkan selama kampanye dan kepresidenannya. Pernyataan-pernyataan tersebut sudah didokumentasikan oleh pemeriksa fakta, dan media telah secara luas menggambarkan fenomena ini sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik Amerika. Banyak komentar dan tindakannya juga ditandai dengan tuduhan rasial atau rasis.

Selama masa kepresidenan Trump, Pemerintah Amerika melarang bepergian bagi warga negaranya ke beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, dengan alasan masalah keamanan. Ia memberlakukan paket pemotongan pajak untuk individu dan bisnis, yang juga membatalkan mandat asuransi kesehatan individu dan mengizinkan pengeboran minyak di Suaka Arktik.

Trump menunjuk Neil Gorsuch dan Brett Kavanaugh ke Mahkamah Agung. Dalam kebijakan luar negeri, ia menarik Amerika dari negosiasi perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik, Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, menggugat eksistensi NATO; dan kesepakatan nuklir Iran. Ia mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, mengenakan tarif impor pada beragam barang, memicu perang dagang dengan Cina; dan memulai negosiasi dengan Korea Utara menuju denuklirisasi.

Buku ini mengungkapkan dengan rinci ketegangan dalam Gedung Putih, yang belum pernah terjadi sebelumnya: keputusan militer yang diumumkan lewat Twitter, kebijakan luar negeri Korea Utara dan Afghanistan yang memicu perang; reformasi pajak; aturan perdagangan dan penentuan tarif yang memengaruhi ekonomi global.

Gambar: Washington Times

Dalam era ‘fakta alternatif’ dan kicauan mengenai ‘berita palsu’ yang bersifat korosif, Woodward seolah tambang emas kebenaran yang meledak secara mencengangkan, menakjubkan. Penulis cum jurnalis ini, juga pembongkar skandal Water Gate di era Nixon, peraih dua Pulitzer Prize dan penulis buku delapan presiden Amerika sebelumnya–menuliskan ulah Trump berdasarkan data dari ratusan jam wawancara dengan sumber tangan pertama, catatan rapat, buku harian pribadi, dan dokumen.  

Kronik yang dirangkai dalam Fear, merupakan potret mengerikan dari keberadaan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Woodward membeberkan secara lengkap tentang bagaimana terguncangnya tim keamanan nasional Amerika Serikat akan ketidaktahuan Trump mengenai segala urusan dunia, dan penghinaannya terhadap sudut pandang para jenderal militer dan intelijen.

Kala membaca buku ini, kita seperti menelusuri laporan pandangan mata mencengangkan mengenai Presiden Trump yang bisa menjadi bagian dari sejarah suram yang digambarkannya. Tulisan Woodward ini bukan hanya kisah dari seorang presiden yang punya banyak kekurangan, tetapi juga, pada akhirnya, cerita mengenai apa yang dilakukan orang-orang di sekeliling Trump untuk menghadapinya.

Foto: biography.com

Fear adalah karya terbaik Woodward, reporter investigasi klasik dengan keahlian dalam mengangkat hal-hal subtil dan kemampuan luarbiasa untuk memastikan cara pandang para pemain kunci, terukir dalam sejarah. Dikeluarkan tepat pada saat bangsa Amerika lelah oleh serbaneka peristiwa memusingkan dan hingar-bingar kicauan di Twitter. Buku ini mencoba menilai bahaya yang mengancam demokrasi akibat seorang presiden yang mendobrak segala norma dan merendahkan institusinya sendiri.”

Woodward menggambarkan Gedung Putih pada era Trump sebagai operasi yang begitu rumit, berbahaya, dan sering kali tak terkendali. Buku ini telah mengobrak-abrik pemerintahan Amerika dan presidennya, antara lain karena jelas bahwa sang penulis telah berbicara dengan begitu banyak pejabat aktif dan purnatugas.

Dari sekian banyak dinamika mengejutkan dalam 478 halaman yang disuguhkan Woodward tentang presidennya yang sedang menjabat, ternyata ada hal unik yang bisa kita jadikan pelajaran.

“Menurut saya, Anda selalu bersikap adil,” begitu yang dihaturkan Presiden Donald J. Trump, dalam percakapan teleponnya dengan Bob Woodward. [Ren Muhammad]

The post Ketakutan Donald Trump appeared first on Noura Books.

Jalan Jihad Sang Dokter

$
0
0

Nama dan rekam jejaknya sangat identik dengan aksi kemanusiaan. Selama belasan tahun, ia membaktikan dirinya di daerah bencana dan konflik, baik di dalam maupun luar negeri  bersama MER-C, sebuah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis.

Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengawali kariernya sebagai dokter di Puskesmas Lubuk Buaya, Padang. Setelah itu pada tahun 1999, Dokter Jose memulai aksi kemanusiaannya pertama kali di daerah Tual, Ambon, Maluku. Setelah itu tak terhitung tempat yang merasakan kontribusi dokter yang lahir pada 11 Mei 1963 ini. Dari Aceh, Mindanao, Irak, Afghanistan, Kashmir, hingga Palestina dan Myanmar.

Dalam aksi-aksi kemanusiaan sering kali dirinya menantang bahaya. Saat bersama tim MER-C berangkat ke Jalur Gaza (Palestina) misalnya, mereka harus menandatangani surat “kontrak kematian”. Sering kali Dokter Jose juga mengalami keterbatasan peralatan saat menangani pasien. Di Maluku misalnya, dia harus mengamputasi kaki dengan gergaji kayu. Sementara di Afghanistan, dia sempat kehabisan jarum suntik.

Bagaimana dokter satu ini seperti tak punya rasa takut? Seperti yang dilansir oleh Republika (12/08/2011), menurut Dokter Jose kuncinya adalah melakukan sesuatu dengan ikhlas. Keikhlasan itu juga yang membuat banyak pihak membantu aksi-aksi kemanusiaan Dokter Jose bersama MER-C. Di dalam buku memoarnya, Jalan Jihad Sang Dokter, Dokter yang memiliki tiga anak ini menuturkan bantuan-bantuan yang sering kali tak disangka dari berbagai pihak.

Baca: Tersentuh Panggilan Jihad (Cuplikan Bab 1 Buku Jalan Jihad Sang Dokter)

Dokter Jose pula yang menginisisasi pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Seperti dikutip dari Facebook Muhammad Syafi’I Antonio, Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah rumah sakit yang megah dan lengkap. Yang dilengkapi satu lantai underground yang didesain khusus untuk mengevakuasi korban saat ada pengeboman di dua lantai atasnya.

Yang menarik, pada saat pembangunannya ada puluhan tenaga konstruksi Indonesia yang dibawa Dokter Joserizal terkepung serangan Zinois Israel terkepung di dalam rumah sakit yang tengah dibangun. Bukannya meminta pulang ke Indonesia, para pekerja tersebut justru bertekad siap mati syahid demi Palestina, demi Al-Aqsha, dan demi kemanusian yang tertindas di bumi para nabi.

Hari ini, seorang manusia yang memanusiakan manusia lainnya, yang tak kenal lelah dan takut melakukan berbagai aksi kemanusiaan, kembali kepada Sang Pencipta.

Selamat jalan, dr. Joserizal Jurnalis. Terima kasih untuk jihadmu. Semoga Allah melapangkan dan menerangi kuburmu. Menempatkanmu di jannah-Nya. [Ncn/Rdy]

The post Jalan Jihad Sang Dokter appeared first on Noura Books.

Tersentuh Panggilan Jihad

$
0
0

Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

(QS Al-Hujurât [49]: 15)

Hari itu 27 Desember 2008, sebuah pesan pendek menghampiri telepon genggamnya.

Gaza dibom Israel!

Hati Joserizal Jurnalis terguncang. Dia mengernyit- kan dahi, mengamati layar telepon genggamnya dengan saksama. Sederet angka yang tak dikenalnya mengabarkan berita buruk itu. Nomornya berkepala +97… hmmm… apakah ini nomor Palestina?

Penasaran akan kebenaran SMS yang baru saja di- terimanya, Jose menyalakan televisi. Dipijit-pijitnya tombol remote, hingga matanya terpaku di kanal Al-Jazeera. Sekilas dia melirik jam dinding. Pukul 10 malam.

Layar TV menayangkan kondisi terakhir di Gaza. Penyiar tak henti membacakan berita terkini. Sedangkan di layar, Jose menyaksikan penduduk Gaza yang tersiksa. Ada yang terluka, gugur, ada pula yang melempari tentara Israel dengan batu, yang dibalas dengan berondongan sen- jata. Hatinya pedih melihat saudara-saudaranya menderita seperti itu.

Jose kemudian menyalakan radio. Di sana pun dia mendengar berita yang sama. Jose lalu mengontak beberapa teman untuk saling bertukar berita dan perkembangan terkini. Confirmed. Israel melancarkan serangan gila-gilaan di atas Jalur Gaza, Palestina. Serangan di luar perikemanusiaan, yang membuat siapa pun terenyuh dan ingin mengutuk.Al-Jazeera terus-menerus menyiarkan berita tentang serangan bertubi-tubi di wilayah yang dikuasai pemerintah Hamas itu. Satu serangan disusul serangan lainnya. Pemandangan yang membuat Jose geram. Hatinya terkoyak. Sebagai seorang dokter bedah tulang, dia tidak mungkin tinggal diam menyaksikan korban kebiadaban perang bergelimpangan. Terlebih karena korban-korban itu adalah saudaranya sendiri, sesama Muslim. Hatinya tak akan bisa tenang selama dia belum turun tangan. Pikirannya bekerja cepat: misi Palestina yang pernah disiapkan MER-C harus dihidupkan.

Jose masih memelihara keyakinan itu. Suatu hari, dia akan berangkat ke Palestina. Membantu rakyat Palestina adalah bagian dari kewajiban agama. Al-Aqsha adalah kiblat orang Islam pertama yang kini berada di tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, Al-Aqsha harus dibebaskan.

Pembebasan Al-Aqsha bukan berarti mengusir orang-orang non-Muslim, tetapi memberikan kesempatan kepada semua penganut agama untuk menghormati Jerusalem, seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khathab. Semua orang Yahudi dan Nasrani boleh beribadah ke sana. Mereka tidak dihalangi dan tidak dihambat seperti sekarang, seakan-akan Jerusalem adalah wilayah Israel.

Jose menganggap perjuangan orang-orang Palestina merebut kembali daerah-daerah mereka adalah perjuangan yang wajar, sebab memang mereka pemilik tanah tersebut. Mereka terusir setelah Israel masuk dengan bantuan Inggris ketika Perang Dunia II. Israel tidak mau hidup berdampingan. Zionis itu tidak mengizinkan Palestina sebagai sebuah negara berdaulat memiliki angkatan bersenjata.

Konsep yang dikembangkan Israel hingga kini hanya menunjukkan arogansi mereka. Padahal, ketika menguasai Jerusalem, Islam memberikan hak yang sama, dan itu bukan omong kosong. Selain karena kewajiban agama,

Jose tidak ingin melupakan peranan Muslim Palestina bagi Indonesia, sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Sambil menyimak Al-Jazeera, Jose sibuk berkomunikasi dengan anggota presidium MER-C. Dia juga menelepon Mursalin, sahabatnya dari Forum Umat Islam.

“Baik, saya setuju dengan pendapatmu,” kata Mursalin di ujung telepon.

“Ya, kita tidak boleh menunggu lagi. Saudara kita di Palestina membutuhkan bantuan. Misi ini harus segera berangkat,” Jose menegaskan.

“Oke, mari kita laksanakan tugas masing-masing.” Hubungan  telepon  terputus.  Kesepakatan terjalin.

Kini, keputusannya sudah pasti. Jose lalu menelepon dua stafnya, Islamiyah dan Rima. Islamiyah atau biasa disapa dengan Teh Iis adalah Ketua Divisi Logistik MER-C. Kepadanya Jose memerintahkan untuk mempersiapkan logistik Tim. “Kita akan mengirim misi ke Jalur Gaza, tolong siapkan logistik tim.”

Kemudian Jose segera menelepon Rima, Sekretaris Eksekutif MER-C, dan memintanya menyiapkan administrasi tim dan konferensi pers. “Kita akan konferensi pers malam ini juga. Bisa, kan?” tanya Jose.

Rima melihat kalender di mejanya. Oo … ini, kan, Sabtu. Apa mungkin mengundang wartawan malam ini? Akhir pekan biasanya karyawan libur atau mereka sedang di lapangan. Apalagi ini akhir tahun. Dengan perasaan tak enak, Rima mencoba membujuk Jose untuk menunda dulu. Di ujung telepon Jose menarik napas panjang. Dia mengakui usul Rima benar, meskipun berat menerimanya.

Rasanya dia sudah ingin terbang ke Gaza saja, kendati belum tahu caranya. Tapi semendesak apa pun, segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang.

“Oke,” Jose mengalah, “temu persnya besok saja.”

Bagi Jose dan MER-C, rencana konferensi pers itu tak ubahnya kebulatan tekad karena mereka belum tahu bagaimana caranya bisa pergi ke sana. Soalnya, niat untuk memberangkatkan misi ke Gaza bukan pertama kali ini saja datang. Namun, mereka selalu terbentur masalah yang sama setiap hendak menjalankan misi spesial itu. Ya, tembok-tembok itu. Tembok yang bahkan lebih panjang dari Tembok Berlin.

Memasuki teritori yang sudah dua tahun diblokade pemerintah Israel bukan perkara mudah. Apalagi Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Tapi Jose selalu yakin, niat dan ikhtiar akan menemukan jalan menuju kenyataan. Tuhan akan menolong manusia yang berusaha.

Hari belum berganti ketika jalan itu datang sendiri menghampiri. Ponsel Jose berdering nyaring. Betapa kagetnya Jose ketika menatap layar telepon, di sana tertera nama Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.

“Assalamu‘alaikum, Bu? Apa kabar?” sapa Jose senang. “Wa‘alaikum salam, baik Jose,” sahut Siti Fadilah

ramah.

Sejak menjabat Menteri Kesehatan, Siti Fadilah memang kerap berkomunikasi dengan Jose untuk berdiskusi soal isu-isu penting di bidang sosial, politik, dan terutama politik kesehatan, misalnya kasus flu burung atau NAMRU, laboratorium milik Angkatan Laut Amerika Serikat di Indonesia.

Menteri Kesehatan begitu antusias membicarakan serangan Gaza. Sebagai sesama dokter, Jose bisa merasakan gejolak batin yang serupa. Dia gembira Siti Fadilah merasakan gairah perjuangan yang sama.

“Jadi, kita bagaimana?” dari balik telepon, Siti Fadilah meminta pendapat.

“Ya, kita kirim tim ke sana. Jangan hanya mengirim bantuan uang saja, Bu,” ujar Jose dengan penuh harapan langkahnya kali ini mendapat jalan keluar.

“Betul itu, saya setuju.” Jawaban Siti Fadilah cukup melegakannya. Kini mereka satu suara. Dari pihak pemerintah, misi bantuan kemanusiaan ke Gaza itu murni sebagai inisiatif spontan Menteri. Sama sekali diputuskan tanpa rapat kabinet. Siti Fadilah lalu meminta Jose menghubungi dr. Rustam Syarifuddin Pakayya, Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan, untuk membicarakan masalah teknis keberangkatan ke Gaza.

Jose sendiri tidak habis pikir kenapa dia bisa cukup dekat dengan seorang menteri. Dia hanya bisa merenung, apabila seseorang melakukan sesuatu dengan ikhlas, dan berusaha lebih keras untuk ikhlas, Allah akan mempermudahnya bertemu dengan orang-orang yang memiliki gelombang keikhlasan yang sama. Formula itu hampir seperti rumus hidup bagi Jose. Rumus yang menyertai perjalanan hidupnya dan tertanam dalam alam bawah sadarnya, seolah ada radar yang bisa membedakan mana orang yang punya maksud buruk atau yang tulus. Saat radar itu mendeteksi hal yang tidak baik, sekalipun mereka sudah duduk berhadapan dan saling bicara panjang lebar, tetap saja ada yang tidak pas dengan suasana batinnya. Seperti ada hijab yang menghalanginya terlibat terlalu jauh dengan orang itu.

Sebaliknya, sepanjang pertemanan itu berlandaskan keikhlasan, Jose akan menjalaninya dengan nyaman. Tetapi, karena ikhlas adalah kondisi yang harus diusahakan, dia juga bisa menghilang. Pernah, suatu ketika dia berteman baik dengan seorang pejabat. Namun, menjelang akhir jabatan sang teman, mereka mendadak tidak sejalan. Pejabat itu mulai menjauh. Belakangan, dia mendengar kabar jika sang teman tersangkut kasus korupsi.

Berada di lingkungan orang-orang ikhlas membuat hidup Jose terasa nyaman. Dia bisa membuktikannya ketika MER-C menembus Afghanistan atau Irak. Padahal, Jose sama sekali tidak punya kontak dengan orang Taliban maupun orang Saddam Hussein. Tapi ternyata mereka bisa masuk ke Kandahar atas rekomendasi dari Salim Said, Duta Besar Taliban di Islamabad.

Ketika bertemu dengan Salim Zaid, penampilan Jose sama sekali tidak bergaya Taliban. Dalam pemberitaan internasional yang sering dibaca dan didengarnya, Taliban sering kali disebut-sebut fanatik dengan pakaian. Baju-baju ala Barat identik dengan baju kafir. Namun Jose malah menghadap dengan memakai baju biasa, setelan kemeja dan celana blue jeans, tanpa gamis dan serban. Dia lantas memperkenalkan diri sebagai ahli bedah.

“Saya dokter. Saya bawa uang, bawa obat, dan bawa tim. Saya mau ke Afghanistan,” ujar Jose kepada Salim Zaid. Untuk sesaat, lelaki berpengaruh itu menatap penampilan Jose. Matanya menyipit dan kemudian menghela napas. Dia mengajak Jose ngobrol tentang kondisi Afghanistan dan bertanya soal bantuan yang dibawa tim Indonesia. Keadaan yang darurat mungkin membuat Salim Zaid tidak perhitungan lagi soal penampilan, sebab tak lama berselang, keluarlah surat rekomendasi itu. Rekomendasi yang menjadikan MER-C sebagai organisasi nonpemerintah pertama yang bisa masuk Afghanistan, ketika peperangan melanda Kandahar untuk pertama kalinya.

Modal ikhlas juga dia pakai ketika MER-C hendak mengirimkan tim ke Irak. Ketika itu, Jose masuk ke Irak lewat pintu perbatasan Yordania. Visa masuk ke Irak yang dia urus di Amman bisa selesai dalam waktu lima jam saja. Padahal dalam keadaan permulaan perang, tak mudah bagi suatu negara untuk memberi izin masuk kepada orang asing dengan begitu saja. Walhasil, ketika sejumlah organisasi nonpemerintah masih mengantre izin masuk di perbatasan, MER-C berhasil melaluinya dan menjadi satu-satunya NGO yang masuk ke Irak di masa awal perang. Bukankah ini suatu anugerah?

Ketika berangkat ke Irak, Jose membeli obat-obatan di Damaskus, Suriah. Tapi, dia sedikit mendapat masalah ketika mengurus visa Suriah. Untuk memudahkan urusan, Jose mendatangi Kedutaan Besar Suriah di Amman, diantar staf Kedutaan Besar Indonesia. Sayang, usahanya tak membuahkan hasil. Pantang menyerah, keesokan harinya dia datang lagi dengan anggota tim MER-C, tanpa diiringi staf kedutaan.

Tepat ketika mereka memasuki halaman Kedutaan Besar Suriah, Jose melihat seorang laki-laki keluar untuk membuang puntung rokok terakhir yang habis diisapnya.

“Assalamu‘alaikum,” sapa Jose ramah.

Lelaki itu terpaku sejenak, kemudian bertanya, “Anda siapa?”

“Kami dari tim MER-C Indonesia. Saya sendiri seorang dokter dan mereka kawan-kawan saya,” Jose menunjuk beberapa anggota MER-C yang berdiri di belakangnya. Lelaki itu menyimak dengan matanya yang menyelidik, “Saya baru pulang dari Bagdad. Saya keluar lagi karena ingin membeli obat-obatan di negara Anda,” Jose menjawab lugas.

“Oh, silakan, silakan,” sikap lelaki itu melunak dan mengajak mereka masuk ke dalam gedung kedutaan. Lelaki itu menyuguhkan teh khas Timur Tengah sambil berbincang panjang lebar.

“Saudara kita itu ada kekurangannya,” ujar lelaki itu tanpa menyebut nama saudara yang dia maksud, tapi Jose mafhum bahwa yang dimaksudnya adalah Presiden Irak, Saddam Hussein. “Dia punya masalah dengan karakternya,” katanya lagi, seraya tertawa kecil. “Tapi dalam keadaan seperti ini, tidak sepatutnya kita melupakan dia.”

Lelaki itu berpendapat bahwa dalam situasi perang seburuk itu, selayaknya mereka tetap membantu Irak. Selepas percakapan panjang itu, Jose dan kawan-kawan pulang dengan mengantongi visa. Siapa menyangka lelaki yang baik hati itu ternyata Duta Besar Suriah untuk Yordania?!

Maka, sebagaimana pengalaman-pengalamannya berjumpa dengan orang yang ikhlas, di mata Jose, Siti Fadilah adalah seorang pejabat yang tanpa pamrih. Buktinya, tidak ada seorang menteri pun yang masih menjabat berani menentang WHO kecuali Siti Fadilah. Dia bahkan menulis buku Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung.

Buku itu bercerita tentang konspirasi Amerika Serikat dan organisasi Kesehatan dunia, WHO, dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Sebuah buku yang membuat pejabat WHO dan Amerika Serikat terusik. Siti Fadilah menulisnya untuk membela rakyat atas ketidakadilan. Orang-orang seperti itulah, yang biasanya sinkron dengan perjuangan MER-C.

Kini, misi ke Palestina itu menjadi kian niscaya di mata Jose. Tinggal melangkah ke tahap berikutnya; menyiapkan tim. Dia mulai membuat daftar berisikan nama-nama rekan yang kemungkinan siap berangkat saat ini juga.

Jose menghubungi Mursalin, relawan MER-C yang juga Ketua Bidang Kaderisasi Forum Umat Islam. Seperti halnya Jose, dia cukup dekat dengan Menteri Kesehatan dan sering dimintai pendapatnya soal kesehatan dan politik.

“Ya, Ibu Siti tadi juga menghubungi saya,” jawab Mursalin setelah Jose menjelaskan pokok persoalannya.

Jose menjawab, “Kita harus kirim tim. Momennya harus cepat. Bagaimana, kamu siap?”

“Saya, sih, siap saja. Berangkat sekarang kalau bisa juga siap!” jawab Mursalin tegas, meyakinkan.

Mursalin sanggup menyertai Jose untuk berangkat dalam tim yang dibentuk pemerintah. Sedangkan relawan lainnya akan diberangkatkan kemudian, setelah menyiapkan seluruh kebutuhan yang diperlukan di Gaza.


Tidak seperti biasanya, pasien-pasien membeludak di tempat praktik Sarbini di Jatibening, Bekasi. Dia sedang meredakan penat ketika Jose menelepon. “Kita mau berangkat ke Gaza, nih. Ada serangan Israel. Kamu ikut, ya,” suara Jose terdengar dari balik telepon genggamnya.

Waduh, pasien sedang banyak-banyaknya. Tapi, siap tak siap, Sarbini harus siap. Inilah panggilan jihad yang dinanti-nantinya. Hanya saja, yang Sarbini tak habis pikir adalah setiap kali panggilan misi itu datang, pasiennya selalu saja sedang banyak-banyaknya. Akhirnya dia memandang segi postitifnya saja, bahwa pasien-pasien itu adalah ujian. Ujian berupa pilihan antara uang atau jihad.

Di sisi lain, Sarbini teringat perkataan seorang teman di Mesir, “Kalau Anda pernah minum air Sungai Nil, Anda akan kembali ke Mesir.” Pada saat mengingat kata-kata itu, Sarbini merasa ada benarnya. Sekali dia mengikuti misi kemanusiaan, maka akan ketagihan. Mencandu istilahnya. Apalagi ini Gaza. Bukan main-main jihadnya. Jihad kelas tinggi. Semua manusia beriman pasti mau meraihnya. Maka, pilihannya mantap sudah, dia harus berangkat.

Sementara di Bogor, Faried Thalib sedang menghabiskan akhir pekan bersama istrinya di rumah seorang kerabat. Dia belum begitu memperhatikan ketika berita serangan bom di atas Jalur Gaza itu disiarkan televisi nasional. Seperempat jam kemudian, Jose meneleponnya. “Gaza diserang. Bisa berangkat, nggak?” Pertanyaan Jose singkat namun menembus kalbunya.

“Siap! Saya siap berangkat,” Farid menjawab spontan, tanpa berpikir lagi.

“Berangkat? Berangkat ke mana?” Yuni Wahyudi, istri Faried bertanya penuh curiga. Melihat gelagat suaminya itu, Yuni berusaha keras menebak-nebak apa yang ada dalam pikiran Faried. Yuni dan Faried sudah saling kenal sejak mereka kuliah di Institut Sains dan Teknologi Nasional sehingga Yuni hafal sekali tabiat suaminya itu.

“Uuhmmm …,” Faried menggaruk-garuk kepalanya. Yuni teringat berita tadi pagi soal penyerangan di

Gaza. Pasti mau ke sana!

“Mau ke Gaza?” tanya Yuni penuh selidik.

Faried menarik napas. Dia sudah menduga pertanyaan yang enggan dijawabnya itu. “Boleh, nggak?”

“Dokter Jose ikut?”

“Ikut,” Faried menjawab pendek.

Yuni diam saja. Wanita itu menyadari, melarang tidak ada gunanya. Tekad suaminya sudah bulat. Dulu dia pernah melarang Faried ke Lebanon. Sangat melarang tepatnya. Tapi, toh Faried tetap berangkat. Dan sejak itu dia tak pernah melarang lagi suaminya menjadi relawan dalam setiap misi MER-C.

Di belahan lain Jakarta, berita agresi militer Israel di Gaza membuat Indragiri ternganga di depan televisi. Serangan itu sungguh luar biasa. Hatinya pedih. Seketika batinnya merasakan panggilan yang kuat. Dia tahu, dia akan dipanggil ke Gaza. Istrinya, Tri Handayani, menangis ketika Indra memberi tahu soal firasat itu.

Indra, dokter anestesi kelahiran 22 Januari 1976, termasuk relawan MER-C yang sebelumnya sering berhalangan untuk berangkat menjalankan misi kemanusiaan. Dalam sejarah MER-C, namanya hanya tercatat dalam beberapa misi. Dia hanya mampu menyiapkan peralatan, ikut rembuk, dan melakukan apa saja untuk kebutuhan tim-tim itu. Namun, diam-diam Indra memendam kerinduan untuk berangkat lagi menjadi anggota tim dalam sebuah misi.

Ahad pagi itu, Indra baru saja pulang dari pemakaman seorang guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ketika telepon yang ditunggu akhirnya berdering. Dia memandang layar telepon genggamnya. Dari kantor MER-C. Indra seperti sudah lebih dulu mendengar suara si penelepon sebelum benar-benar mendekatkan ponsel itu ke telinganya. Dia sudah tahu. Bagi dia, suara di balik telepon itu seperti konfirmasi atas perasaannya sejak melihat berita di televisi semalam.

“Bisa berangkat ke Gaza?” Pertanyaannya singkat saja. “Siap!” Indra menjawab tegas dan lugas. Hubungan telepon dia putus dengan detakan irama jantung yang semakin cepat. Satu tugas berat menantinya di rumah. Meminta izin pada keluarganya. Belum-belum, perutnya sudah mulas.

Sampai di rumah, dugaannya benar. Istrinya hanya bisa menangis sejadi-jadinya karena larangannya hanya menjadi harapan yang kosong. Indra terdiam, membisu bagaikan patung. Hatinya merintih menyaksikan tangis pilu tersebut. Sungguh, bukannya dia tak peduli, tapi panggilan jihad ini begitu kuat. Panggilan ibadah kepada Allah yang sulit dielakkan. Hatinya sudah mantap. Baginya, panggilan ke Jalur Gaza ini tak ubahnya panggilan dari Tual, sepuluh tahun silam.[]


*Tulisan di atas bersumber dari BAB 1 Buku Jalan Jihad Sang Dokter yang ditulis oleh dr. Joserizal Jurnalis & Rita T. Budiarti

The post Tersentuh Panggilan Jihad appeared first on Noura Books.

Merasakan Cinta Winnie the Pooh

$
0
0

Pernah dengar dong apa yang disebut Logika Pooh? Yup! Pemikiran-pemikiran Si Beruang Madu rekaan A.A. Milne yang menggemaskan. Ini beberapa contohnya:

Tentang teman mungilnya, Si Babi Pink Piglet:

“Kadang sesuatu yang terkecil-lah yang memenuhi sebagian besar ruang di dalam hatimu.”

So sweet bukan?

Piglet: Kita akan berteman selamanya kan, Pooh?

Pooh: Bahkan lebih lama dari itu…

Piglet: Bagaimana mengeja “Cinta”, Pooh?

Pooh: Tak perlu mengejanya. Rasakan saja.

Bikin meleleh ya? Tak heran kalau jutaan orang di seluruh dunia sangat mencintai karakter beruang madu itu. Selain sangat lembut hati dan penuh kasih sayang, Pooh juga sangat polos dan lucu. Coba simak satu lagi saja percakapan dua sahabat Pooh dan Piglet ini:

Pooh: “Hari apa sekarang?”

Piglet: “Sekarang? Ya hari ini!”

Pooh: “Wah, hari favoritku!”

Nah nah…. Siapa sih yang nggak menangkap aura positif dari percakapan-percakapan seperti itu? Tanpa terlalu eksplisit dan menggurui, kita diajak untuk lebih bersemangat, dan memandang segala sesuatu yang “terhidang” di hadapan kita dengan ceria dan penuh rasa syukur.

A.A. Milne menciptakan Winnie the Pooh  berdasarkan mainan beruang Teddy milik putranya. Christopher Robin Milne—yang dalam cerita Pooh muncul sebagai tokoh Christopher Robin. Selain Pooh, mainan Christopher lain yang juga dilibatkan dalam cerita Milne adalah Piglet Si Babi Pink, Eeyoree si keledai, Kanga dan Roo, keduanya kanguru, dan Tigger si macan yang suka meloncat. Sedangkan dua karakter lain, Owl Si Burung Hantu dan Rabbit Si Kelinci, adalah karakter rekaan, yang lahir dari imajinasi Milne.

Kumpulan kisah tentang Pooh dan kawan-kawannya pertama kali muncul pada 1926, dalam buku berjudul Winnie the Pooh, diikuti 2 tahun kemudian, yaitu 1928,  dengan seri The House at Pooh’s Corner. Kedua versi original itu telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Noura Publishing.

Selain diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa (termasuk Bahasa Latin!), Winnie the Pooh juga diadaptasi ke dalam format film oleh Walt Disney Productions sejak 1961, dan menjadi salah satu franchise paling sukses dalam sejarah. Yang paling unik, dalam seri animasi Disney tersebut, kesemua pengisi suara Pooh adalah laki-laki, berlawanan dengan konsep kelahiran Pooh yang diinspirasi oleh seekor beruang betina. Masih banyak kisah unik tentang perjalanan Pooh di industri kreatif/hiburan, termasuk bagaimana ia dilarang di China. Bagaimanapun yang tak akan pernah hilang dan tetap dinikmati adalah kelembutan dan keluguan Sang Beruang Madu kuning yang membuat banyak orang jatuh hati. (png)

The post Merasakan Cinta Winnie the Pooh appeared first on Noura Books.

Sedihnya! Christopher Robin Kesal Sang Ayah Menceritakan Kehidupannya dalam Kisah Winnie The Pooh.

$
0
0

Siapa sih yang tak kenal dengan si beruang madu berwarna kuning dengan atasan cingkrangnya yang berwarna merah? Ya, Winnie The Pooh! Sejak lahir pada 1926, karakter ciptaan A.A. Milne ini menjadi salah satu tokoh cerita paling favorit di dunia. Ternyata, banyak fakta unik di seputar Winnie The Pooh, termasuk fakta tentang pendapat putra sang penulis, Christopher Robin, yang tidak suka dirinya ada dalam kisah rekaan sang ayah. Berikut 11 fakta tentang kisah Winnie The Pooh yang tidak banyak diketahui orang:

  1. Nama karakternya diilhami nama seekor beruang asli. Pada 1914, seorang dokter hewan tentara asal Kanada, Letnan Harry Colebourn, membeli seekor anak beruang seharga 20 dolar dan memberinya nama Winnipeg, sesuai dengan daerah kelahirannya. Letnan Colebourn bertugas di Inggris dalam Perang Dunia I, dan ketika ia harus pindah tugas ke Perancis, Winnie pun diserahkannya kepada London Zoo.
  2. Winnie adalah beruang betina. Tidak seperti kisahnya di buku—Winnie the Pooh disebut dengan menggunakan kata ganti “he” dan bahkan dalam film-film Disney, pengisi suara Pooh selalu laki-laki—Winnie yang asli adalah beruang betina.
  3. Ide karakter Pooh dipicu oleh boneka beruang milik putra sang penulis. Mainan beruang itu memang dinamai Winnie The Pooh, setelah sang anak bertemu beruang Winnie dalam kunjungan ke Kebun Binatang London. Karakter-karakter lain juga dinamai sesuai nama-nama mainan yang lain, kecuali Owl, Gopher, dan Rabbit yang merupakan karakter tambahan.
  4. Tokoh Christopher Robin dalam kisah Winnie The Pooh adalah putra sang penulis, A.A. Milne. Sedihnya, ketika dewasa sang anak tidak menyukai bahkan kesal dengan pemakaian dan penceritaan kehidupannya. Ia mengatakan, “Ayahku seolah menjadikan aku yang masih bayi sebagai tangga pijakan bagi kepentingannya sendiri, mewariskan untukku popularitas yang kosong.” Sedih yaaa… Padahal mungkin maksud ayahnya baik—siapa tahu ketika itu sang ayah mencari-cari bahan dongeng untuk anaknya?
  5. Asal Muasal Julukan The Pooh. Ada dua versi cerita soal ini, yang sama-sama melibatkan—lagi-lagi seekor binatang—angsa! Versi pertama menyatakan bahwa suatu hari saat berlibur, keluarga Milne bertemu seekor angsa. Christopher Robin memberi makan binatang itu dan menamainya Pooh. Kisah kedua menyebutkan bahwa “Pooh” adalah bunyi yang muncul saat Christopher Robin meniup bulu angsa peliharaan temannya.
  6. Ilustrasi asli Winnie The Pooh diilhami “beruang” yang berbeda. Karakternya diilhami boneka Christopher Robin, namanya diilhami beruang peliharaan seorang tentara Kanada. Nah ilustrasinya, ternyata mengambil model boneka milik anak E.H. Shepard, sang illustrator. Boneka beruang itu bernama Growler. Orang pun bisa memahami, mengapa Winnie The Pooh tidak berbulu hitam seperti Winnie beruang si tentara Kanada.
  7. Sebagian besar lokasi dalam kisah Winnie The Pooh didasarkan pada lingkungan di sekitar rumah pedesaan milik A.A. Milne. Tepatnya rumah itu berlokasi di Ashdown Forest di Sussex, Inggris. A.A. Milne membelinya pada 1925, dan kawasan hutan itulah yang mengilhami kisah The Hundred Acre Wood, Roo’s Sandpit, dll.
  8. Semua boneka mainan milik Christopher Robin terpajang di Perpustakaan Umum New York—kecuali Roo, yang hilang saat umur Christopher Robin 30-an.
  9. Kisah Winnie The Pooh sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 50 bahasa—termasuk bahasa-bahasa asli Afrika dan Esperanto.
  10. Versi Bahasa Latin Winnie The Pooh menjadi satu-satunya buku berbahasa Latin yang pernah nangkring di daftar buku best seller The New York Times.
  11. Winnie The Pooh menjadi salah satu karakter Disney paling popular sepanjang masa. Disney membeli hak film Pooh pada 1961, dan sejak itu si beruang madu kuning ini menjadi franchise yang sukses, bahkan mendapatkan tempat di Hall of Fame Hollywood.

Menarik ya fakta-faktanya? Lebih menarik lagi bukunya! (png)

The post Sedihnya! Christopher Robin Kesal Sang Ayah Menceritakan Kehidupannya dalam Kisah Winnie The Pooh. appeared first on Noura Books.


Buku Vs Gadget

$
0
0

Para ilmuwan di Cincinnati Children’s Research Foundation[1] telah melakukan penelitian terhadap aktivitas otak seorang anak yang sering menghabiskan waktunya dengan menatap layar (TV, ponsel pintar, tablet, laptop, PC) dengan yang membaca buku.

Dengan menggunakan teknologi pemindaian MRI (Magnetic resonance imaging), para ilmuwan tersebut menemukan fakta bahwa aktivitas otak anak-anak yang menghabiskan waktunya dengan membaca buku mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sedangkan aktivitas otak anak-anak yang menghabiskan waktunya dengan menatap layar mengalami penurunan.

Penelitian tersebut telah memberikan kesadaran kepada kita bahwa proses kegiatan membaca buku adalah hal yang sangat penting bagi perkembangan otak si anak. Sebaliknya, membatasi penggunaan gadget kepada anak adalah sebuah keputusan yang sangat bijak.

Membatasi penggunaan gadget bukan berarti melarang sama sekali. Biar bagaimana pun, kita tidak bisa menolak zaman. Teknologi berkembang sangat pesat di zaman sekarang. Melarang seorang anak untuk tidak menggunakan gadget tentu tidaklah bijak. Zaman ini adalah milik mereka, anak-anak kita. Mereka boleh menggunakan gadget, hanya saja, sekali lagi, harus ada pembatasan waktu.

Namun, membatasi penggunaan gadget kepada anak tanpa memberikan alternatif kegiatan lain akan membuat anak cepat bosan. Hari-harinya akan menjadi tidak menyenangkan. Itu sebabnya, saat membatasi waktu menggunakan gadget, sediakanlah buku-buku yang menarik untuk mereka, agar aktivitas otak mereka berkembang pesat dan hubungan antara orangtua dan anak pun semakin erat.[]

[1] https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/apa.14176

The post Buku Vs Gadget appeared first on Noura Books.

Senar Kehidupan

$
0
0

Oleh: Gus Nadir

Agama itu memberi ketenangan dan kedamaian seperti harmonisasi gesekan biola. Begitu konon K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berpesan kepada para santrinya, sambil kemudian beliau menggesek biolanya. Sejatinya, bukan saja agama, tapi kehidupan kita ini juga seperti gesekan biola. Namun, bagaimana kalau satu demi satu senar biola kita putus?

Niccolo Paganini, seorang pemain biola terkenal di abad 19, pernah mengalaminya saat konser di hadapan para pemujanya yang memenuhi ruangan. Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Dia terus memainkan lagunya. Rupanya kejutan tidak berhenti hanya sampai di situ, senar biolanya yang lain pun putus satu per satu hingga hanya meninggalkan satu senar. Tetapi dia tetap memainkan biolanya. Dengan mata berbinar dia berteriak, “Paganini dengan satu senar.” Penonton sangat terkejut dan kagum pada kejadian ini.

Kawan, hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekhawatiran, kekecewaan, dan semua hal yang tidak baik. Secara jujur, sering kali kita mencurahkan terlalu banyak waktu berkonsentrasi pada senar kita yang putus dan segala sesuatu yang tidak dapat kita ubah.

Apakah Anda masih memikirkan senar-senar yang putus dalam hidup Anda? Apakah senar terakhir nadanya sudah tidak indah lagi? Jika demikian, jangan melihat ke belakang, maju terus, mainkan senar satu-satunya itu. Mainkan itu dengan indah. Balaslah cemoohan penonton dengan prestasi dan apresiasi. Jawablah keraguan orang lain dengan keindahan pesona gesekan senar biolamu yang tersisa. Saat kita mampu berdamai dengan diri sendiri, komentar dan cemoohan orang lain menjadi tidak penting untuk didengarkan. Semesta berdamai![]

The post Senar Kehidupan appeared first on Noura Books.

Otak Wanita VS Otak Pria

$
0
0

Sering merasa bingung mengapa pasangan mempunyai pola pikir yang berbeda? Kaget melihat cara dia merespons yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya? Kok bisa, yang dia lihat beda dengan yang kita lihat? Bingung mengapa Anda hanya bisa fokus pada satu hal, sedangkan pasangan Anda bisa mengerjakan banyak hal pada saat yang sama?

Itu hanya sebagian hal yang menunjukkan bahwa Anda dan pasangan memang berbeda. Terlepas dari seberapa banyak kesamaan Anda dengan pasangan, faktanya pria dan wanita itu berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa cara kerja otak pria dan wanita memang berbeda, bahkan struktur otaknya pun berbeda. Yuk simak ilustrasi berikut.

Tentu menurut ilmu kedokteran bukan seperti itu bentuknya. Namun, kita bisa melihat bagaimana berbedanya cara otak pria dan wanita bekerja. Anda lihat bagian terbesar dari otak pria? SEKS! Bisakah Anda temukan lokasi seks dalam otak wanita? Berapa besar porsinya?

Cara pria dan wanita merespons sebuah masalah juga berbeda. Saat pria sedang ada masalah, dia cenderung untuk masuk ke dalam “gua. Sebaliknya, saat wanita ada masalah, dia justru ingin membicarakannya saat itu juga. Bisakah Anda bayangkan, saat suami sedang ingin menyepi di dalam guanya, sang istri malah “berteriak-teriak” di depan gua meminta suaminya untuk keluar dan berbicara kepadanya?

Tentu kita tidak bisa menggeneralisasi bahwa pola pikir semua pria dan wanita pasti sama. Akan banyak variasi yang bisa terjadi. Bahkan ada, yang secara fisik dia wanita, tetapi pola pikir dan perasaannya sangat “pria”, begitu pun sebaliknya. Memahami perbedaan-perbedaan yang ada akan membantu kita membangun hubungan yang sehat dengan pasangan.

Lalu bagaimana cara memahami perbedaan dalam suatu hubungan?

The post Otak Wanita VS Otak Pria appeared first on Noura Books.

Sukses Menaklukkan

$
0
0

Oleh: Kang Maman


Aku pernah melakukannya.
Jadi, tulisan ini tertuju untuk diriku sendiri.

Berbelanja ke pasar tradisional, pasar basah, aku masih saja menawar harga seikat kangkung yang dijajakan seorang ibu tua. Harga dua ribu seikat, masih saja tega kutawar 5000 tiga ikat. Harga centong dan ember yang dijajakan Pak Tua yang menarik kereta kayu keliling perumahan dengan susah payah, masih saja kutawar hingga hampir setengah jam. Hingga Pak Tua itu ngos-ngosan sepanjang proses tawar-menawar. Hingga Pak Tua itu seperti berada dalam posisi terdakwa menghadapi rentetan pertanyaan yang memojokkannya, seolah angka yang disebutkannya adalah penipuan konsumen yang luar biasa.

Aku, sepertinya berharap ibu dan bapak tua itu menyerah dengan tawaranku. Daripada kangkungnya semakin layu dan tak terbeli, ya sudah dipasrahkan saja menuruti penawaranku. Padahal, kangkung yang dijajajakannya di lapak kecil beralaskan tikar plastik itu tak lebih dari 25 ikat. Juga, daripada tak ada warga yang membeli centong dan embernya, Pak Tua itu kuharap mau merelakan dan patuh tunduk takluk pada penawaranku.

Lalu, aku menjadi lega bercampur bangga karena berhasil menawar. Sekaligus, merasa sukses menaklukkan mereka, dan menjadi pemenang!

Tetapi ketika makan di restoran, ketika bon diberikan, tak ada tawar-tawaran yang kulakukan. Harga total kubayar, sudah termasuk “tax dan service”. Dan ketika masih ada kembaliannya, dengan sombong kutaruh di tatakan kecil di atas meja, supaya dilihat oleh teman-teman di sekitarku, bahwasanya sungguh aku sangat pemurah. Sudah ada nilai “servis” di bon, masih juga memberi tip yang bisa digunakan untuk membeli sebungkus rokok, atau lima ikat kangkung, juga seharga satu centong yang mati-matian kutawar pada Pak Tua yang tertatih-tatih menarik dagangannya di bawah terik mentari yang menyengat.

Aku, menjadi bagian dari banyak manusia yang merasa hebat ketika bisa menekan orang lemah, tapi melunak dan segan kepada orang yang memang sudah berpenghasilan lebih besar dari ibu pedagang kangkung di pasar.

Kapanlah rasa kemanusiaan ini bisa mengalahkan gengsi?

Aku, yang mengaku umat Muhammad Saw. lupa sama sekali pada sabdanya,
“Carilah (keridhaan)Ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rezeki dan ditolong juga disebabkan orang-orang lemah di antara kalian.”

Mengapa di saat merasa lebih dan berhadapan dengan orang lain yang kuanggap lemah, kulupa begitu saja sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki lantaran orang-orang lemah di antara kalian?”[]

The post Sukses Menaklukkan appeared first on Noura Books.

Senar Kehidupan

$
0
0

Oleh: Gus Nadir

Agama itu memberi ketenangan dan kedamaian seperti harmonisasi gesekan biola. Begitu konon K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berpesan kepada para santrinya, sambil kemudian beliau menggesek biolanya. Sejatinya, bukan saja agama, tapi kehidupan kita ini juga seperti gesekan biola. Namun, bagaimana kalau satu demi satu senar biola kita putus?

Niccolo Paganini, seorang pemain biola terkenal di abad 19, pernah mengalaminya saat konser di hadapan para pemujanya yang memenuhi ruangan. Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Dia terus memainkan lagunya. Rupanya kejutan tidak berhenti hanya sampai di situ, senar biolanya yang lain pun putus satu per satu hingga hanya meninggalkan satu senar. Tetapi dia tetap memainkan biolanya. Dengan mata berbinar dia berteriak, “Paganini dengan satu senar.” Penonton sangat terkejut dan kagum pada kejadian ini.

Kawan, hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekhawatiran, kekecewaan, dan semua hal yang tidak baik. Secara jujur, sering kali kita mencurahkan terlalu banyak waktu berkonsentrasi pada senar kita yang putus dan segala sesuatu yang tidak dapat kita ubah.

Apakah Anda masih memikirkan senar-senar yang putus dalam hidup Anda? Apakah senar terakhir nadanya sudah tidak indah lagi? Jika demikian, jangan melihat ke belakang, maju terus, mainkan senar satu-satunya itu. Mainkan itu dengan indah. Balaslah cemoohan penonton dengan prestasi dan apresiasi. Jawablah keraguan orang lain dengan keindahan pesona gesekan senar biolamu yang tersisa. Saat kita mampu berdamai dengan diri sendiri, komentar dan cemoohan orang lain menjadi tidak penting untuk didengarkan. Semesta berdamai![]

The post Senar Kehidupan appeared first on Noura Books.

5 Tip Memaksimalkan Bahagia Bersama Pasangan di Rumah Selama Wabah Virus Covid-19

$
0
0

Dekat di mata, jauh di hati. Itu mungkin cocok menggambarkan fenomena meningkatnya angka perceraian di China dan angka laporan kekerasan dalam rumah tangga di berbagai negara, yang justru keduanya terjadi selama masa karantina akibat penyebaran virus Covid-19.

Ini tentu jauh berbeda dari gambaran yang mungkin tertanam di pikiran Anda: semakin banyak waktu bersama pasangan, semakin banyak hubungan berkualitas yang dihasilkan. Lantas, bagaimana tip agar kita memanfaatkan waktu di rumah untuk menciptakan hubungan yang berkualitas?

Kali ini, Indra Noveldy, relationship coach dan juga penulis buku Menikah untuk Bahagia berkesempatan berbagi ilmunya dalam sesi Instagram Live Out of The Boox “Bahagia #DiRumahAja Bersama Pasangan” yang dipandu Novikasari Eka dari Noura Books, Selasa (14/4/2020) sore. Dia pun mengingatkan, semakin banyak waktu bersama pasangan di rumah selama masa pandemi Covid-19, tidak berarti tantangan untuk menciptakan hubungan harmonis berkurang.

“Kalau waktu di kantor, kalau lagi sebel sama seseorang,  kita bisa melipir nggak? Bisa, kan. Kalau di rumah, mau kabur ke mana? Nah, jadi di sini perlu sebuah skill khusus untuk menikmati kebersamaan di rumah, jadi bukan cuma hadir secara fisik tapi benar-benar bisa secara sengaja menggunakan waktu yang tersedia berlimpah ini menjadi keberuntungan buat kita,” ujarnya di awal sesi perbincangan.

Berikut tip-tip yang disarikan untuk Anda:

1.         Sediakan waktu khusus bersama pasangan

Indra meminta agar pasangan benar-benar meniatkan membuat jadwal khusus bersama pasangan. Bukan justru memaksimalkan waktu sisa.

“Paling efektif, sediakan waktu khusus, bukan menggunakan waktu sisa. Jadi dijadwalkan, bukan nunggu waktu senggang,” katanya.

Indra juga menyertakan syarat khusus bagi pasangan yang ingin meluangkan waktu khusus berdua. Yakni tidak ada topik pembicaraan soal masalah masing-masing atau keduanya hadapi.

“Kebanyakan kita begitu ada kesempatan ngobrol, malah ngomong masalah, lama-lama pasangan diajak ngobrol semangat nggak? Kan jadi repot kalau gitu.”

2.         Belajar memahami komunikasi pasangan

Komunikasi yang lancar diyakini menjadi kunci sukses menciptakan hubungan harmonis. Permasalahannya, seperti apa komunikasi yang lancar itu?

“Esensi komunikasi itu apa? Pesannya nyampe, sedangkan bagi kebanyakan orang, esensi komunikasi adalah yang penting gue ngomong,” ujar Indra.

Indra kemudian memberi analogi pentingnya pesan dapat dipahami kedua pihak. Ia memberi contoh, jika Anda diberi tugas oleh kantor membuka kantor cabang perusahaan di Zimbabwe, maka tentu Anda dihadapkan pilihan: Anda paksa orang Zimbabwe untuk paham bahasa Indonesia, atau Anda yang harus belajar bahasa Zimbabwe? Tentu yang kedua, bukan?

Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang tepat terhadap gaya komunikasi pasangan. Jangan sampai kemudian terjadi salah pengertian di antara pasangan karena keengganan memahami gaya komunikasi satu sama lain, seperti contoh yang diberikan Indra.

“Begitu kita ajak ngobrol pasangan, pasangan kita diam. Diam itu terjemahan apa, ya? Kadang kalau diam, kita buat kesimpulan sendiri kalau dia tidak peduli. Kok, bikin kamus sendiri?”

Padahal, bukan tidak mungkin diamnya lawan bicara dikarenakan ia bingung untuk menanggapi. “Bisa jadi diamnya pasangan Anda itu karena ia bingung merespons,” jelasnya. “Beda jauh nggak terjemahan versi kita sama terjemahan versi pasangan?” lanjutnya sambil bertanya.

Indra pun berbagi tip bagaimana komunikasi antar-pihak benar-benar bisa dipahami. “Kalau saya sekeluarga, biasa bertanya ulang, benar nggak apa yang dia tangkap persis seperti sama yang kita maksudkan,” jelasnya.

Tidak hanya memahami gaya bahasa, Indra juga menyarankan agar pasangan juga dapat memahami topik-topik kesukaan pasangannya agar terjalin obrolan berkualitas.” Tugas kita cari tahu topik yang seru dibahas bareng dia,” jelasnya. Ia mencontohkan bahwa dirinya tidak ahli dalam urusan dapur, berbeda dengan istrinya. Namun, begitu menjumpai acara Masterchef di televisinya, dia pun mau tak mau menyimaknya sebagai “bahan” obrolan dengan istrinya.

3.         Hindari asumsi

Masih terkait dengan tip kedua, Indra juga menyarankan agar pasangan menghindari asumsi-asumsi dalam hubungan. Asumsi, terutama negatif, dapat memperburuk suasana hubungan. Dia memberi contoh kesalahpahaman antara suami istri di saat suaminya bekerja dari rumah yang dapat berujung perselisihan.

“Suaminya sibuk Zoom meeting, sibuk bikin laporan di rumah, sibuk pegang HP. Kira-kira begitu istri ngelihat suami pegang HP keluar celetukan apa? ’Bisa nggak, di rumah nggak pegang HP melulu?’ kata si istri. Nah, si suami stres dikejar laporan, income perusahaan turun, digituin istri, kira-kira reaksi suami apa?”

Daripada berasumsi negatif, Indra menyarankan pasangan agar sebisa mungkin menciptakan suasana positif.

“Tadi saya juga baca (komentar), ada yang tanya, kita sih di rumah duduk dekat-dekatan, tapi masih pegang HP, terus kayak gitu jadinya gimana? Daripada dilarang, kenapa nggak ikutan WhatsApp dia, walaupun duduk di sebelah. Daripada diajak ribut, kenapa enggak join aja situ, nanti juga cekikikan di situ, ‘Apaan sih, dekat-dekatan kok pakai WhatsApp segala,’ buat seru-seruan aja,” sarannya. 

4.         Tentukan konsep bersama “pernikahan bahagia

Untuk memaksimalkan waktu bersama pasangan, Indra juga menyarankan pasangan kembali membayangkan definisi dari “pernikahan bahagia”. Hal ini juga untuk menyamakan kembali persepsi antara satu sama lain dalam berhubungan.

“Apakah kalau nggak berantem, otomatis pernikahannya bahagia? Apakah kalau finansial tercukupi, otomatis bahagia?” ujarnya.

Bukan tidak mungkin, masing-masing individu dalam pasangan rumah tangga pun kesulitan menentukan konsep “pernikahan bahagia”-nya sendiri. Apalagi untuk menyamakan persepsi di antara kedua individu. Sehingga, menghabiskan waktu di rumah menjadi momen tepat untuk menentukan konsep tersebut.

“Nah, kebayang nggak kalau bahagia versi dia seperti apa? Jadi PR lagi nih, cari tahu bahagia versi Anda apa, tanya bahagia versi pasangan, belum tentu sama tuh,” ingatnya.

5.         Ceklis Memastikan Pernikahan Bahagia

Tidak lupa Indra juga memberi tip bagi pasangan yang merasa hubungannya berjalan lancar. Ia meminta pasangan agar antara kedua individu memastikan sesuatu benar-benar berjalan baik, bukan hanya berdasarkan asumsi semata, agar tidak ada api dalam sekam di kemudian hari.

Cara pertama yang Indra sarankan ialah mulailah dengan menguji sentuhan fisik kepada pasangan Anda. “Misalnya pegang tangan dia, coba cek, ada rasanya nggak? Atau sama kayak pegang troli belanjaan jadi nggak ada bedanya rasanya? Jadi kita harus banget terus menghadirkan rasa degdegserr dalam pernikahan kita,” jelasnya.

Cara kedua ialah, ajak pasangan Anda untuk bicara serius atau deep talk. “Kapan terakhir kali kita punya deep talk dengan pasangan? Jadi, sering kali yang kita lakukan baru di level chit-chat, normatif. Contoh deep talk adalah kalau berani bertanya kepada pasangan, ‘Selama ini, yang kamu rasain apa sih?’ Berani nggak nanya gitu ke pasangan?”

Jika pasangan masih enggan menjawab secara serius, maka itu pertanda ia masih belum mampu diajak berbicara serius. Tak perlu khawatir, tugas Anda ialah menyamakan terlebih dahulu persepsi dengan pasangan Anda. “Kalau ternyata pasangannya belum mau jawab, belum ada deep talk, tugas kita samain dulu “level kedalaman” dengan pasangan,” pungkasnya. (fja)

Penasaran dengan tip dan pengalaman lain ala Indra? Jangan lupa beli buku Menikah untuk Bahagia yang tersedia di bazar buku online Out of the Boox, dan dapatkan pula potongan harga sebesar 25-90 persen pada buku-buku lainnya.

The post 5 Tip Memaksimalkan Bahagia Bersama Pasangan di Rumah Selama Wabah Virus Covid-19 appeared first on Noura Books.

Mengatasi Cemas Karena COVID-19 ala Penulis Buku Happiness Inside

$
0
0

Nimas (23) sedang berada di kantornya menyiapkan materi ajar bagi murid-muridnya, suatu pagi di pertengahan bulan Maret. Tidak seperti biasanya, pengajar bahasa Inggris di salah satu lembaga kursus di Surabaya itu menggunakan masker.  Ia sedang menderita batuk berat.

Ia memutuskan tetap masuk karena hasil pemeriksaan dokter tidak menunjukkan tanda ia terjangkit COVID-19. “Emang sih sempat ke dokter, tapi difoto thorax pun bersih, nggak ada apa-apanya paru-paruku,” ceritanya saat dihubungi melalui Whatsapp, Selasa (14/4/2020) pagi.

Namun, teman yang duduk di sebelahnya  terlihat cemas setiap kali ia batuk. Kemudian, temannya itu pindah tempat duduk menjauh darinya. Setiap kali keduanya saling meminjamkan barang, temannya itu pun selalu menggunakan tisu untuk menghindari sentuhan langsung dengan barang dari Nimas.

“Lebih parah lagi, bilang gini, ‘Kamu kalau batuk nggak usah ke sini, pulang aja sana. Nyebar virus.’ Eventho udah kujelasin kalau thorax-ku bersih, ini batuk gara-gara radang tenggorokan,” tambahnya.

Tidak hanya teman di sebelahnya, teman-teman sekantornya yang lain pun tak kalah cemasnya. “Kalau aku abis pegang kenop pintu, pasti ada yang ngebersihin kenop pintunya. Sampai disuruh cek suhu tubuh 3 kali di kantor, saking mereka nggak percaya,” jelasnya.

Teman-teman sekantornya pun kemudian memaksanya periksa kembali ke rumah sakit. Hasilnya pun sama seperti penjelasan dokter sebelumnya. Namun, karena ia bercerita kecemasan teman-teman sekantornya, dokter pun akhirnya memberi surat keterangan sakit agar ia diberi waktu istirahat selama 2 hari.

Tidak hanya teman-teman Nimas yang merasakan parno atau cemas karena penyakit itu. Survei yang dilakukan Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) menunjukkan, sebanyak 48 persen responden atau hampir dari setengah populasi Amerika Serikat merasa cemas akan terjangkit COVID-19, dan sebanyak 40 persen responden cemas akan sakit parah ataupun meninggal karena terjangkit penyakit itu.

Lembaga amal yang bergerak di kesehatan mental di Inggris, Mind, menaruh perhatian pada gangguan mental akibat virus corona ini. “Kebanyakan kecemasan muncul karena rasa khawatir akan sesuatu yang belum mewujud dan menunggu sesuatu terjadi—virus corona menimbulkan kecemasan seperti itu tapi di skala yang besar,” ujar Rosie Weatherley, juru bicara Mind, dilansir dari BBC.

‘Merangkul’ Kecemasan

Gobind Vashdev, trainer penyembuhan trauma dan juga penulis buku Happiness Inside dan 99 Wisdom, berbagi resep mengatasi kecemasan akibat COVID-19. Hal dasar yang perlu diketahui, cemas bisa dikategorikan dalam emosi sebagaimana penjelasan Gobind. Ia menyebut, emosi sendiri luas cakupannya. Emosi tidak hanya meliputi perasaan marah ataupun sedih, tetapi juga rasa senang. Maka tentu, emosi bisa dikategorikan dalamnya.

“Emosi adalah karunia, adalah bentuk komunikasi diri kita kepada kesadaran kita. Emosi ada yang rileks, tenang, ada (juga) yang tinggi. Nah, yang tinggi itu ya (meliputi) apapun yang membuncah: marah, kesel, excitement, dan sebagainya,” ujarnya saat sesi Instagram Live “Bahagia dalam Situasi Apa Pun”, Senin (13/4/2020) malam.

Baginya, yang paling penting ialah kita menyadari adanya rasa emosi dalam diri kita. Sadar membuat kita merasakan emosi itu. “Di India, yang bahaya bukanlah sedih (atau) marah, tapi ketika anda tidak sadar (sedang sedih atau marah),” lanjutnya.

Sehingga, menurutnya penting bagi kita untuk mengelola emosi masing-masing, agar tidak berlebihan. “Kalau emosi tinggi, kita terbajak emosi, kesadaran terbajak emosi. Manusia akan tumpul jika terbajak emosi,” jelasnya.

Untuk mengatasi cemas maupun stres berlebih karena COVID-19 serta efeknya pada berbagai sektor, Gobind membagikan tipsnya. Pertama, kita bisa ‘mengamati’ napas kita.

“Kalau kita mengamati napas, kita akan slow, tenang,” jelasnya. Jika emosi berlebihan menyerang, maka otak akan berdenyut kencang, sehingga kita bernapas berlebihan yang menyebabkan pada kondisi hiperventilasi. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan tentu dengan mengintervensi ritme napas.

Kedua, kita bisa mengelola emosi dengan cara ‘memeluk’-nya. Ia memberi analogi bongkahan es yang jatuh ke laut.

“Jadi, setiap emosi itu dipeluk, itu seperti bongkahan es jatuh ke laut, laut tidak menolak, tetapi ‘memeluk’ sehingga es cair,” lanjutnya.

Ia pun memberikan tips teknik mengatur napas untuk ‘memeluk’ emosi.  “Saat Anda menarik napas, Anda bilang, ‘Saya merasakan kemarahan,’ ketika melepas napas, katakan, ‘Saya merawat kemarahan,’” jelasnya.

Ketiga, Gobind juga menyarankan kita untuk berolahraga untuk melepaskan stres dalam diri kita, tidak harus dalam intensitas berat. Jika tidak ada waktu, Anda juga bisa menggunakan teknik tapping.

“Ketika stres, jangan makan, tapi lakukan gerak, atau kalau nggak bisa gerak (tapi) perasaan tidak nyaman, tapping (sentuh) di bagian tubuh Anda (yang merasa tidak nyaman), Anda ketuk, nah itu akan lepaskan (perasaan tidak nyaman),” jelasnya.

Saring Informasi

Gobind juga menekankan pentingnya menyaring informasi terkait wabah COVID-19. Menurutnya, kita perlu membatasi informasi terkait COVID-19, apalagi terkait info-info yang menurutnya negatif.

“Kita kurangi data yang masuk lewat mata dan telinga, ketika kita nonton berita, setiap hari kan kita di rumah, berita-beritanya bikin cemas, bikin takut. Jadi kecemasan, ketakutan, kegelisahan meningkat banget karena datanya luar biasa,” sarannya.

“Kalau mau mengikuti perkembangan, 1 kali sehari cukuplah, atau batasi 1-2 jam itu udah lebih dari cukup,” tambahnya.

Dalam buku Happiness Inside yang sudah terjual sebanyak 46.000 eksemplar tersebut juga dijelaskan pentingnya untuk menyaring informasi. Ada satu kisah yang dikutip Gobin dalam sub-bab “Tubuh dan Pikiran Apa yang Anda Inginkan?” yang relevan dengan sarannya untuk menyaring informasi, yakni kisah zaman Yunani Kuno tentang seorang pria yang berjumpa Socrates, dan ingin berbagi cerita yang baru saja ia dengar tentang teman Socrates. Socrates kemudian memberikan Ujian Saringan Tiga Lapis, untuk menyaring apa saja yang si pria ingin katakan.

Saringan pertama ialah kebenaran, untuk memastikan apakah yang akan disampaikan si pria benar adanya. Saringan kedua ialah kebaikan, untuk memastikan apakah yang akan disampaikan si pria adalah sesuatu yang baik. Saringan ketiga ialah kegunaan, untuk memastikan apakah cerita si pria nantinya akan berguna bagi Socrates. Si pria pun tidak lulus dari tiga jenis saringan itu, sehingga Socrates pun balik bertanya pada si pria, “Jika apa yang ingin Anda beri tahukan kepada saya tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, mengapa Anda ingin menceritakannya kepada saya?”

Pentingnya menyaring informasi juga sejalan dengan himbauan WHO dalam pedoman Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak. WHO menghimbau untuk meminimalkan informasi tentang COVID-19 yang dapat membuat gelisah, serta memilih sumber informasi yang terpercaya. “Kurangi menonton, membaca, atau mendengarkan berita tentang COVID-19 yang menyebabkan Anda merasa gelisah atau stres; carilah informasi hanya dari sumber terpercaya sehingga Anda dapat mengambil langkah-langkah praktis untuk menyiapkan rencana dan melindungi Anda dan orang-orang yang Anda sayangi,” tulis WHO dalam pedoman tersebut. (fja)

The post Mengatasi Cemas Karena COVID-19 ala Penulis Buku Happiness Inside appeared first on Noura Books.


Rahasia Mona Ratuliu Atasi Kecanduan Gadget pada Anak

$
0
0

Mousumee Das Paul sedang berkunjung ke rumah temannya Rita, seorang pemilik spa yang memiliki anak perempuan bernama Nikita yang masih sekolah di taman kanak-kanak. Ketika Rita memesankan snack dan jus untuknya, ia melihat Nikita sedang duduk di pojok asyik dengan HP-nya di pojokan. Nikita sempat menyapanya meski matanya masih sibuk menatap layar HP.

Rita mencoba memaksa Nikita menyimpan HP-nya terlebih dahulu, namun ia malah berteriak. Rita tampak pasrah dengan kelakuan putrinya. Nikita masih asyik saja duduk di pojok, tidak menatap tamu ibunya atau sekadar menoleh meski Rita berulang kali memanggil namanya. Rita bercerita, karena ia begitu sibuk mengurusi bisnis spa-nya, ia pun memberikan HP-nya ke Nikita agar ia punya kegiatan, dan sejak itu Nikita mulai kecanduan bermain game di HP ibunya.

Kisah nyata yang dilansir dari Momspresso tersebut hanya gambaran kecil dari fenomena anak kecanduan gadget. Survei yang dilakukan pada tahun 2016 oleh Common Sense terhadap sekitar 1.200 orang tua dan remaja menunjukkan 59 persen orang tua meyakini anak remajanya telah kecanduan gadget. Lantas bagaimana solusinya?

Mona Ratuliu, artis dan juga penulis buku ParenThink dan Digital ParenThink membagikan rahasianya mengatasi dan mencegah kecanduan gadget pada anak dalam sesi Instagram Live “Bijak dengan Gadget Saat #DiRumahAja”, Kamis (16/4/2020) sore. Rahasia ini berdasarkan pengalaman Mona selama mengasuh anak, dan kemudian mempelajari ilmu parenting, sebelum ia menulis kedua buku tersebut.

Berikut adalah inti sari dari poin-poin yang disampaikan Mona:

1.         Jangan Musuhi Gadget

Mindset dasar yang harus tertanam di pikiran orang tua ialah kita tidak dapat lepas sepenuhnya dari gadget. Jika dimanfaatkan dengan baik, gadget dapat memberi manfaat bagi penggunanya.

“Kita enggak bisa musuhin gadget sama sekali, benar-benar kepakai banget kehidupan sehari-hari. Kalau tahu treatment, bisa jadi hal positif buat kita,” ujarnya.

Orang tua juga tidak seharusnya menggunakan pendekatan yang dipakai orang tua terdahulu di periode sebelumnya. Mereka harus tahu karakteristik umum anak zaman sekarang agar paham dasar permasalahan yang dihadapi seandainya anak kecanduan gadget.

Buku Digital Parentink Mona Ratuliu
Buku Digital Parentink Mona Ratuliu

“Di buku Digital ParenThink juga dibahas bedanya zaman dulu sama zaman sekarang. Karena generasi now dianggap negatif terus, bukan karena (hal-hal) jelek melulu, tapi memang ada perbedaan (pandangan),” jelasnya.

Menurutnya, gadget bagaikan pisau bermata dua. Jika tak dikelola dengan baik, maka justru akan menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif pada anak, berdasarkan pengalamannya akibat dari keengganan orang tua mendampingi anaknya bermain, sehingga justru memberikannya gadget agar ia punya aktivitas.

“Sebenarnya anak-anak enggak spesifik (butuh) main gadget, anak-anak butuh bermain, tapi enggak harus gadget. Karena orang tua butuh me time, dikasihlah gadget,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurutnya orang tua perlu lebih perhatian pada tumbuh kembang anak. Terdapat beberapa aspek tumbuh kembang anak yang harus diperhatikan orang tua, yang tidak secara sendirinya bisa diatasi dengan memberikan gadget ke anak tanpa pengawasan.

“Kan ada perkembangan-perkembangan anak lainnya, misal perkembangan motorik, terus ada perkembangan fisiknya, cek perkembangan fisiknya. Perkembangan sosialnya gimana, perkembangan moral gimana, perkembangan bahasa gimana kan gadget itu (komunikasi) satu arah aja, perkembangan neurologi gimana, perkembangan kognitif gimana,” sebutnya satu per satu.

2.         Ajak Anak Membuat Kesepakatan

Langkah utama sebelum anak diajak terlibat membuat kesepakatan soal penggunaan gadget ialah anak perlu dikenalkan pada batasan. Sedini mungkin anak-anakdiperkenalkan pada kata ‘selesai’.

“Kalau anak enggak dikenalkan batasan, enggak ada selesainya. Dia mikir kegiatan bisa seharian. Kalau kita ajak ngomong, kan menstimulasi dia ngomong gitu ya, contoh pas mandiin anak, di akhir ngomong, ‘Selesai deh’. Nah, dengan cara sesederhana itu kita kenalkan batasan,” jelasnya sambil memberi contoh memanfaatkan momen memandikan anak.“Kalau anak-anak mengenal batasan, harapannya suatu hari anak bisa diajak bersepakat semua ada aturannya, ada batasannya,” lanjutnya.

Orang tua juga perlu menggunakan otoritas penuh dalam memberi batasan pada anak saat bermain gadget. Anak sepatutnya belum layak mendapatkan kepemilikan gadget, hanya boleh dipinjami saja, sehingga orang tua dapat leluasa menggunakan kewenangannya.

“Intinya ngajak anak bersepakat, ini gadget ayah bundanya, anak-anak (cuma) pinjam. Jadi wajar kalau dikasih aturan karena itu gadget punya orang tuanya,” ujarnya.

Oleh karena itu, anak diajak membuat kesepakatan bersama soal penggunaan gadget. Dengan demikian anak dapat ikut menentukan waktu penggunaan gadget. Ia mencontohkan aturan penggunaan gadget di keluarganya.

“Boleh main gadget sampai jam 8 malam, kalau semua tugas dan tanggung jawabnya selesai,” ungkapnya.

Aturan dibuat tertulis, dan ditandatangani oleh anak-anak. Selain itu, dilampirkan pula konsekuensi atas pelanggaran yang dibuat..

“Kalau bisa tertulis, terus ditandatangani sama anak-anak, pokoknya ada tanda tangan. Ada kesepakatannya apa, anak-anak juga bisa kasih masukan, misal orang tua juga jam 8 berhenti main gadget-nya. Jangan lupa melampirkan konsekuensinya. misal jam 8 lewat belum dimatiin gadgetnya, besoknya enggak main gadget seharian,” jelasnya.

Dari pengalamannya, adanya aturan tersebut justru membatasi waktu anak bermain gadget pada hari-hari biasa karena mereka terlebih dahulu harus menuntaskan tugas masing-masing.

“Yang udah-udah, Senin-Jumat anak-anakenggak sempat main gadget, karena ngerjain tugas. Akhirnya, ujung-ujungnya enggak sempat main gadget karena tanggung jawabnya enggak sedikit. Dengan kesepakatan sederhana itu, dia enggak sempat main gadget kalauweekdays, kalauweekend sih sempat,” ungkapnya.

3.         Buat Aktivitas Menarik

Untuk mengalihkan perhatian anak pada gadget, maka orang tua dapat memberikan aktivitas lain bagi anaknya. Aktivitas tidak selalu diartikan pengembangan minat bakat, tetapi juga aktivitas rumah tangga sehari-hari.

“Kalau anak mau sehat, ya kasih activity, misal anaknya nyuci, bantuin ibunya pisah baju putih dengan baju warna lain, habis itu masukin baju putih ke cucian. Nyapu walau enggak bersih-bersih amat, ya bisa kasih anak aja nyapu. Boleh juga kasih kesepakatan, boleh main gadget, setelah bantuin ibunya beresin rumah,” jelasnya.

Agar anak tertarik, maka aktivitas tersebut harus dikemas secara menarik. Tidak lupa, orang tua juga wajib memberi apresiasi setiap kali anak menuntaskan aktivitas yang diberikan.

“Kita mesti pakai bahasa-bahasa yang bikin anak semangat ngelakuin. Misal, ‘Hari ini ada challenge apa ya?’ Terus jangan lupa kasih apresiasi juga kalau mereka udah selesai melakukan,” tambahnya.

Mona sempat menghadapi hambatan menegakkan budaya batasi gadget ketikahimbauan untuk beraktivitas dari rumah akibat penyebaran virus corona semakin meningkat mulai digalakkan. Namun, ia mulai beradaptasi, dan merancang kegiatan-kegiatan bagi anggota keluarganya yang dapat mengisi waktu luang selama beraktivitas di rumah.

“Kita bikin aktivitas, kita bikin jadwal. Mereka (anak-anak) biasanya sampai jam 2 (siang) sekolah (via online), setelah itu, masih ada tugas lanjutan. Habis itu sampai malam nonton, waktu itu pernah tebak gambar, pernah juga main kartu,” ungkapnya.

Agar tidak bosan, maka ia, suami, dan anak-anaknya terus merancang variasi kegiatan untuk mengisi waktu luang selama beraktivitas di rumah.

“Idealnya kita bikin rutinitas baru, terus sampaikan dengan baik, ini bukan libur tapi memindahkan aktivitas ke rumah,” ujarnya. (fja)

The post Rahasia Mona Ratuliu Atasi Kecanduan Gadget pada Anak appeared first on Noura Books.

Ini Dia 5 Tips Menulis Agar Dilirik Penerbit

$
0
0

Datanglah ke beberapa seminar ataupun pelatihan tentang menulis. Kemudian catat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan audiens. Periksalah rekap pertanyaan setiap seminar atau pelatihan, dijamin akan selalu muncul pertanyaan, ‘Bagaimana tulisan kita dapat diterima penerbit?’ demikian pula dengan pertanyaan, ‘Bagaimana mendapatkan ide menulis?’

Walaupun pertanyaan tersebut sangat sering muncul, tetapi jawabannya tentu beragam. Kali ini, Manajer Redaksi Noura Publishing, Suhindrati Shinta, atau akrab dipanggil Shinta ikut membagikan beberapa tips agar tulisan Anda dapat dilirik penerbit, dalam sesi Instagram Live Out of The Boox “Ngobrol Bareng Redaksi”, Rabu (15/4/2020). Berikut beberapa tips yang dibagikan Shinta:

1. Membaca Dulu sebelum Menulis

Bagi Shinta, penulis yang baik menurutnya, karena didukung otaknya yang berisi. “Aku percaya orang yang banyak baca buku itu biasanya menulis lebih baik,” jelasnya.

Beberapa buku yang terkenal laris pun biasanya juga didukung oleh kemampuan riset si penulis. Riset dapat memperkaya tambahan materi untuk ditulis.

Membaca juga diyakini dapat mengasah kepekaan si penulis. Kepekaan dapat merangsang kemampuan menulis, serta menentukan ciri khas ataupun keunggulan yang ingin ditawarkan si penulis kepada pembaca. “(Mungkin) tema besarnya itu-itu aja, tapi gimana ngemasnya supaya beda, udah ada belum tema ini di buku lain,” tambahnya.

2. Menentukan Ide Menulis

Menurut Shinta, bukan tidak mungkin ide juga didapatkan dengan meniru. Ia menyarankan buat penulis pemula untuk memiliki role model dalam dunia kepenulisan sebagai bahan inspirasi. “Role model awalnya aja buat belajar nulis kayak gimana,” katanya. “Bahkan seniman pun mengamati dulu yang dia suka, baru modifikasi. Tapi bukan menjiplak ya, beda lagi,” lanjutnya.

Ide pun bisa didapat dari mana saja, seperti membaca buku, menonton film, ataupun mendengarkan lagu. Shinta mencontohkan cara kerja salah satu editor fiksi di Noura yang juga telah menerbitkan 15 novel, Yuli Pritania, yang memiliki tempat khusus untuk menyimpan inspirasi yang ia dapat. “Oh, ini tiba-tiba ingat adegan bagus, dicatat buku khusus, baru nanti dijahit (dirangkai ­–red),” katanya.

Salah satu penonton acara Instagram Live ada yang bertanya, bisa tidak novel mengambil setting kondisi pandemi Covid-19? Shinta menjawab bisa saja kondisi sekarang dijadikan ide cerita. Selama kemudian penulis dapat mengemasnya dengan menarik. “Bisa aja kalau emang menarik, di luar negeri sendiri sudah mulai ada novel yang terbit dengan tema lockdown tapi genrenya sci-fi thriller,” katanya.

Namun bagi Shinta, penulis tidak harus membebani dirinya dengan tuntutan membuat ide yang ‘wah’. Pada akhirnya, kembali ke kemampuan penulis untuk menyelipkan sesuatu yang khas dalam tulisannya. “Kita nggak harus nyari tema seperti itu, yang penting cerita bagus, setting meyakinkan,” katanya. “Kadang-kadang premisnya biasa, cuma karakternya lucu, biasa dari segi tema, tapi ada ciri khas dari dialog atau setting,” lanjutnya.

3. Asah Terus Kemampuan Menulis

Peribahasa ‘Alah bisa karena terbiasa’ wajib tertanam dalam pikiran penulis. Shinta menyarankan penulis pemula untuk menghadiri seminar ataupun pelatihan menulis, agar semakin mengasah kemampuan menulis. “Sering-sering ikutan talkshow,workshop. Sering-sering latihan seperti itu sangat membantu menurutku, menulis itu skill, semakin dilatih, semakin terbiasa,” ujarnya.

Shinta menyebut, ada penulis yang begitu ketat dalam melakukan pekerjaannya. Dalam sehari, dia selalu menyempatkan dirinya untuk menulis. “Ada tipe penulis yang disiplin, jadi dia akan mengharuskan dirinya menulis misalnya 1 halaman setiap hari,” ujarnya.

4. Menentukan Penerbit untuk Tulisan Anda

Penulis juga wajib mempertimbangkan penerbit yang ingin ia pilih untuk menerbitkan tulisannya. Oleh karena itu, penulis wajib mengetahui karakter penerbit yang ia sasar, cara utamanya tentu dengan membaca karya-karya terbitan penerbit tersebut.

“Mereka nerbitin, enggak, naskah seperti itu? Sebaiknya baca dulu buku-buku terbitan penerbit yang kita sasar. Itu memperlebar kemungkinan diterbitkan juga, karena kita tahu (karakter) penerbitnya,” jelasnya.

Ia mencontohkan karakter buku-buku terbitan Noura. Noura mempunyai ketentuan tersendiri untuk menyeleksi naskah yang masuk. Meskipun menerbitkan novel romance dan thriller¸ tapi kontennya tetap harus diseleksi. “Terlalu grafis, mengandung (sentimen) SARA, pornografi, buat kita sih big no,” tegasnya dengan nada meyakinkan.

Mengirim naskah ke beberapa penerbit sekaligus menurutnya boleh saja. Asalkan penulis wajib memberitahu penerbit yang ia tuju, serta menentukan prioritas penerbit yang diinginkan.

Saat proses pengiriman naskah, penulis juga harusmenyertakan sinopsis lengkap atau ringkasan dari keseluruhan isi buku dari awal hingga akhir. Sinopsis yang bagus menurutnya jika dibaca seakan-akan pembaca telah membaca satu novel secara utuh, walaupun hanya ringkasan.

“Sinopsis itu benar-benar lengkap, bisa dibilang ringkasan cerita. Jadi yang bagus itu dari baca sinopsisnya berasa baca satu novel, itu dulu yang biasanya dibaca redaksi saat pengajuan naskah,” jelasnya. Baginya, sinopsis untuk buku novel pun tak perlu terlalu panjang. “Kalau untuk naskah novel, 1-2 halaman cukup,” lanjutnya.

Naskah yang telah diterima penerbit kemudian masuk tahap penyuntingan. Penyuntingan bukan tidak mungkin dapat mengubah hal-hal mayor dari naskah.

“Saat diedit bisa jadi ending-nya berubah setelah diskusi editor dengan penulisnya, bisa jugaadaperubahan karakter, tergantung naskahnya,” jelasnya.

5. Mulai Branding Diri Anda

Setelah naskah selesai disunting dan kemudian dicetak, penulis juga turut andil memasarkan karyanya. Dia harus membangun hubungan dengan para pembacanya.

“Jadi penulis harus sangat involve dengan karyanya, membangun keterlibatan dengan pembacanya. Caranya satu menurutku, ada engagement antara penulis dan pembaca, jadi penulis kayak sosok ikon ‘artis’ dalam penulisan,” ujarnya. Penulis tidak bisa menyerahkanbegitu saja urusan penjualan buku kepada penerbit dan tidak peduli apakah karyanya diterima pasar atau tidak.

Penulis pemula seringkali khawatir jika penerbit hanya memilih penulis dengan followers yang banyak di media sosial. Shinta menjelaskan bahwa sebenarnya ini juga karena tuntutan pembaca. Terkadang pembaca yang melihat sebuah buku berdasarkan, sosok penulisnya. Semakin terkenal penulis, maka semakin banyak pembaca yang ingin membeli bukunya. Ini menyebabkan profil penulis memang menjadi pertimbangan khusus bagi penerbit saat memilih naskah untuk diterbitkan.

Namun demikian, bukan berarti banyaknya jumlah followers menjadi satu-satunya pertimbangan. Shinta mengatakan bahwa Noura sendiri beberapa kali menerbitkan karya debut, yaitu dari penulis yang sama sekali belum pernah menerbitkan buku sebelumnya. Bahkan ada yang belum punya akun media sosial sama sekali. Buku-buku seperti ini diterbitkan karena kualitas tulisannya dan karena potensi yang dimiliki penulisnya. Yang penting ialah bagaimana si penulis kemudian dapat mengenali keunggulan diri dan karyanya yang nantinya bisa ditonjolkan.

“Harus tahu kekuatan diri kita, kita tahu apa yang mau kita tawarkan, cari fokus satu kekuatan kita, itu yang ditonjolkan dalam socmed,” ujarnya.

Bagi penulis yang pemalu jika wajahnya tersebar, tidak perlu khawatir. Branding diri tidak sekadar urusan menampilkan wajah si penulis di medsos, tapi yang lebih penting ialah menampilkan ciri khas.

“Mem-branding diri nggak harus berarti dia tampil di mana-mana. Asal dia punya cara-cara menonjolkan kekuatan, mungkin dengan pasang quotes yang relevan, yang penting dia tahu pembaca butuhnya seperti apa,” ujarnya.(fja)

The post Ini Dia 5 Tips Menulis Agar Dilirik Penerbit appeared first on Noura Books.

Waspada Covid-19 pada Anak

$
0
0

Kesehatan anak menjadi salah satu perhatian utama pada wabah virus corona. dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M.Biomed, SpA(K) atau akrab dipanggil Dokter Dafi menyebut, angka jumlah pasien Covid-19 pada usia anak-anak di dunia bervariasi.

“China keseluruhan 2 persen, tapi Wuhan 12 persen. Italia 1,2 persen, di Korea Selatan 4,2 persen,” ujar Dokter Dafi yang juga penulis buku Mengatasi Gawat Darurat pada Anak dalam sesi Instagram Live “Gejala dan Kegawatan  Covid-19 pada Anak”, Jumat (17/4/2020) siang. Di Indonesia sendiri ia mengaku belum tahu jumlah pasti, kecuali di tempat bertugasnya di Malang, Jawa Timur. “Pasien saya sendiri dari 12 PDP (Pasien dalam Pengawasan) di Malang ini, 1 (pasien) positif,” lanjutnya.

Menurut Dokter Dafi, jumlah pasien anak Covid-19 relatif lebih sedikit dibanding dewasa karena ACE2 yang menjadi tempat masuknya virus corona pada usia dewasa sudah matang. Namun, ia mengingatkan agar masyarakat tidak meremehkan lantaran anak dapat menjadi pembawa virus yang berpotensi menularkan ke orang yang rentan. “Keluhan PDP pada anak yang kemudian positif Covid-19, jarang yang berat. Tapi bukan berarti meremehkan, kalau seandainya dia bergaul, dia bisa jadi pembawa,” tegasnya.

Bagi anak yang pernah menderita radang paru atau pneumonia, ia mengingatkan orang tua untuk lebih waspada karena tingkat kekebalannya terhadap virus corona bisa jadi lebih rendah. “Lebih hati-hati karena sistem kekebalannya tidak sekebal seperti orang lain,” ujarnya.

Untuk menjaga kekebalan tubuh anak, menurutnya cukup dengan makan makanan bergizi lengkap dan istirahat yang cukup. Pemberian vitamin diperbolehkan jika anak mengalami sakit, tetapi sesuai dosis yang tertera. “Prinsipnya,sepanjang anak sehat dengan makanan yang biasa dikonsumsi, itu sudah cukup. Apabila dia keadaan sakit dan asupan kurang, ya bolehlah diberi vitamin. Tapi jangan membabi buta, justru bisa memberi efek samping pada si anak,” jelasnya.

Jika terjadi batuk pilek pada anak dan lokasi tempat tinggal termasuk dalam zona merah penyebaran virus corona, menurut Dokter Dafi, si anak sudah digolongkan ODP (Orang Dalam Pengawasan). Tidak perlu panik berlebihan, cukup melaksanakan isolasi mandiri, dan diberi obat yang tersedia di rumah. Namun, jika kondisi sudah parah seperti sesak napas, orang tua dapat segera membawanya ke rumah sakit.

“Sepanjang bisa diatasi dengan obat-obat yang tersedia, coba dulu, daripada kontak dengan pasien. Kalau udah mengganggu kualitas hidup, segera ke dokter,” jelasnya.

Kunjungan ke rumah sakit sebisa mungkin dibatasi untuk menghindari potensi tertular virus corona oleh pasien lain. Dokter Dafi memberi beberapa tip jika orang tua terpaksa harus membawa anak ke rumah sakit.

“Kalau terpaksa ke rumah sakit, pakai masker, social distancing sebisa mungkin jaga jarak dengan pasien lain. Kalau di rumah sakit, anak jangan lari kesana kemari, andaikan masih bisa dengan menggunakan obat-obat yang bisa disiapkan di rumah, dicoba dulu,” jelasnya.

Terkait dengan jadwal imunisasi, menurutnya IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) sudah memberi rekomendasi kelonggaran jadwal untuk meminimalisir kunjungan ke rumah sakit ataupun puskesmas.

“Prinsipnya, dalam keadaan masih bisa ditunda, vaksin bisa ditunda 2-4 minggu, terutama kalaudi daerah Covid-19 yang cakupannya luas bisa ditunda sampai1 bulan,” jelasnya.

Vaksin tetap harus diberikan sesuai dengan rekomendasi jadwal dari IDAI untuk mencegah kemunculan penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. “Khawatirnya setelah pandemi, terjadi outbreak (wabah) penyakit-penyakit infeksi yang sebenarnya bisa diimunisasi. Oleh karena itu, imunisasi tetap harus dilakukan.”

Selain imunisasi, terapi-terapi jangka panjang untuk penyakit tertentu, seperti salah satunya TBC, juga harus tetap berjalan di tengah kondisi pandemi. Selain memerhatikan kondisi rumah sakit, Dokter Dafi juga menyarankan agar orang tua dapat membuat janji dengan dokter untuk imunisasi maupun terapi.

“Sekarang banyak rumah sakit sudah memilah tempat sakit dan tidak sakit. Paling ideal janjian dulu dengan dokter,” ujarnya.

The post Waspada Covid-19 pada Anak appeared first on Noura Books.

Muhasabah di Tengah Wabah dengan Buku #HidupKadangBegitu

$
0
0

Petrus sedang bimbang. Ia dan pengikutnya sedang melarikan diri dari Kota Roma agar tidak menjadi martir bagi kepercayaannya, karena Kaisar Nero memerintahkan pasukannya menangkap para penganut Kristen. Tiba-tiba di perjalanan ia menjumpai “sosok” Yesus, yang telah disalib bertahun-tahun sebelumnya. Ia bertanya pada “sosok” Yesus tersebut. “Mau ke mana, Tuan?” Sosok Yesus itu kemudian konon menjawab, “Aku mau ke Kota Roma untuk disalib kedua kalinya.”

Petrus menyadari ia tidak bisa lari dari takdirnya untuk mati dan menderita demi Yesus. Akhirnya, ia memutuskan malam itu juga kembali ke Roma, meski berisiko ditangkap pasukan Romawi. Para pengikutnya pun mempertanyakan keputusan tersebut.

Petrus akhirnya benar-benar kembali ke Roma, dan pasukan Romawi pun menangkapnya. Ia dijatuhi hukuman salib. Namun, ia meminta disalib dengan posisi kepala di bawah, karena ia merasa tak pantas disalib dengan posisi yang sama dengan Yesus.

Sepeninggal Petrus, ajaran Kristen tidak lantas berhenti menyebar, tetapi terus mendapatkan pengikut baru. Ajaran Kristen semakin berkembang dengan Roma sebagai pusatnya, dan menarik minat para penduduk Romawi. Beberapa ratus tahun setelah kematiannya, agama Kristen kemudian diadopsi oleh Kekaisaran Romawi sebagai agama resmi, dan terus menyebar dengan cepat. Ia pun ditahbiskan sebagai paus pertama oleh Gereja Katolik, dan namanya diabadikan sebagai nama gereja utama di Vatikan, Basilika Santo Petrus. Jika malam itu Petrus memutuskan tidak kembali ke Roma, ceritanya mungkin akan berbeda.

Beratus-ratus tahun setelah kisah Petrus, terdapat kisah penting yang lain mengajarkan pentingnya kesabaran. Ketika berlangsung Perjanjian Hudaibiyah antara umat Islam dengan kaum Kafir Makkah, umat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. saat itu sebenarnya sudah cukup untuk mengalahkan kaum Kafir Makkah. Tapi apa yang dilakukan Nabi Muhammad saat itu? Beliau justru memilih berunding dengan mereka.

Ketika teks perjanjian diawali dengan kalimat Bismillâhir-rahmânir-rahîm, sontak kaum Kafir Makkah melontarkan protes, dan meminta kalimat tersebut dihapus. Nabi Muhammad pun menyetujuinya.

Kaum Kafir Makkah kembali protes ketika Nabi meminta teks diawali dengan kalimat, “Inilah yang sudah disetujui oleh Muhammad Rasulullah dan Suhail bin ‘Amr.” Suhail protes karena kaum Kafir Makkah tidak mengakui kenabian Muhammad. Ia meminta agar cukup nama Muhammad dan ayahnya yang ditulis. Muhammad pun menuruti permintaan tersebut, meski dalam salah satu riwayat disebutkan sahabat enggan menghapusnya sehingga Nabi sendiri yang menghapus kata “Rasulullah” tersebut.

Para sahabat melihat perjanjian tersebut merugikan kaum Muslim, dan enggan menerima perjanjian tersebut. Dalam satu cerita disebutkan, Umar bin Khaththab sampai menemui Abu Bakar karena kesal dengan hasil perjanjian tersebut. Tidak puas dengan jawaban Abu Bakar yang meyakini keputusan Nabi, Umar pun menemui langsung Nabi dengan perasaan geram. Nabi tetap bergeming dengan keputusannya. Di akhir pembicaraan, Nabi berkata, “Aku hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku takkan melanggar perintah-Nya, dan Dia tidak akan menyesatkan aku.”

Perjanjian Hudaibiyah membuktikan kecerdasan strategi Nabi. Untuk pertama kalinya umat Islam diakui eksistensinya, dan diberi kesempatan duduk sejajar. Pelanggaran perjanjian yang dilakukan kaum Kafir Makkah pun mendorong Nabi memimpin kaum Muslim menaklukkan Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah, dan Makkah pun dikuasai umat Islam. Sebuah pengorbanan yang berbuah manis.

Kisah dari dua agama Samawi terbesar di dunia itu dikutip Rais Syuriah PCINU Australia dan Selandia Baru sekaligus dosen tetap Fakultas Hukum Monash University, Dr. KH. Nadirsyah Hosen, atau akrab dipanggil Gus Nadir dalam salah satu bab tulisannya di buku #HidupKadangBegitu yang ditulis bersama penulis Maman Suherman, atau akrab dikenal dengan Kang Maman. Dua kisah tersebut seakan merefleksikan kondisi hari ini. Wabah virus corona memaksa kita untuk menjaga jarak sehingga hampir seluruh aktivitas kita lakukan dari rumah. Bagi mereka yang suka beraktivitas luar rumah tentu ini menjadi cobaan berat melawan rasa bosan, sementara kita sendiri belum tahu kapan wabah ini akan berakhir. Sekadar ke minimarket kini tampaknya terasa sudah seperti hiburan.

Itu baru ujian awal. Ujian lainnya bisa jadi lebih berat lagi. Wabah virus corona juga menggoyang perekonomian. Omzet usaha menurun, kejadian gaji dipotong terjadi di mana-mana, begitu pula kasus PHK, di mana 2,8 juta orang terpaksa di-PHK dan dirumahkan. Kita pun harus memastikan daya kesabaran kita selalu terisi penuh dalam situasi seperti ini.

“Kesabaran memang sebuah pengorbanan, namun bukan berarti sebuah kekalahan untuk selamanya. Lewat kesabaran, kemenangan akan tiba,” pesan Gus Nadir masih dalam bab yang sama.

Debut Kolaborasi

Baik Gus Nadir atau Kang Maman cukup dikenal produktif dalam menulis. Namun, baru kali ini keduanya berkolaborasi menghasilkan sebuah buku.

Di bagian pendahuluan buku, Kang Maman menyelipkan sebuah kisah khusus di balik terbentuknya “duo” Kang Maman-Gus Nadir. Kang Maman bercerita soal hambatan di balik penulisan buku ini, salah satunya ialah lambatnya pembuatan dan pengiriman tulisannya, sehingga penerbit terus-terusan menagih.

“Jika tidak bersabar, Gus Nadir bisa saja dengan mudah ‘mengkhianati’ komitmen bersama kami untuk, ‘Saya nulis sendiri ajalah ….’ Meninggalkanku dan menulis sendiri buku ini,” ceritanya dalam bab salam pembuka “Gundul Gondrong: Dynamic Duo?”

Kang Maman bercerita, selama 6 bulan proses penulisan, keduanya terpisah oleh jarak, mengingat Gus Nadir sedang mengajar di Monash University, Melbourne. Diskusi pun dilakukan melalui WhatsApp atau sambungan telepon. Setiap kali Gus Nadir menagih tulisan melalui telepon, Kang Maman pun selalu siap dengan jawabannya.

“Dia (Gus Nadir) nelpon, saya teriak, ‘Belum jadi’,” kenangnya dalam sesi Instagram Live “Di Jakarta, #HidupKadangBegitu”, Jumat (17/4/2020) malam.

Kang Maman mengaku, pertama kali kenal dengan Gus Nadir melalui media sosial. Nama Gus Nadir mengingatkan Kang Maman pada guru agamanya, Prof. KH. Ibrahim Hosen, pendiri Perguruan Tinggi Ilmu Quran (PTIQ) dan Institut Ilmu Quran (IIQ) yang juga ayah Gus Nadir.

“Tiba-tiba saya lihat di Instagram dan Twitter ada orang namanya Nadirsyah Hosen, saya ngobrol dengan dia, akhirnya dia bilang, ‘Itu (Prof. KH. Ibrahim Hosen) bapak saya’, dari situ kami akrab,” ceritanya soal pertemuan pertamanya dengan Gus Nadir. “Apalagi Gus Nadir juga punya darah Sulsel, sering tektokan, kemudian kita klop,” lanjutnya.

Buku sekitar 200-an halaman ini memang kumpulan tulisan keduanya. Topik tulisan pun beragam, mulai dari motivasi hingga renungan hidup, tetapi tema besarnya meliputi agama, ilmu, dan kehidupan. Buku ini memang lebih seperti kumpulan tulisan status Facebook. Rata-rata bab terdiri dari 3-5 halaman.

Jangan bayangkan buku ini semacam buku kajian fiqih yang diisi dengan tulisan Arab Pegon ala kitab kuning di pesantren. Walaupun Gus Nadir ialah seorang doktor, ia menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti orang awam sekalipun. Ia juga menggunakan analogi-analogi yang mudah dipahami.

Salah satu contoh analoginya yang menarik ialah analogi air dan emas, yang relevan dengan kondisi persaingan kerja saat ini. Ia mengibaratkan air ialah kemampuan yang umum dijumpai, sedangkan emas ialah kemampuan spesial yang jarang ditemui. Ia mencontohkan almarhum B.J. Habibie yang seorang insinyur pesawat dan kemampuan tersebut jarang dijumpai di Indonesia, serta dirinya sendiri yang menguasai Ilmu Hukum dan Ilmu Hukum Syariah sekaligus, yang jarang ditemui di luar negeri.

Buku ini pun menjadi wajib menjadi bacaan Anda selama beraktivitas di rumah. Masa beraktivitas di rumah dapat menjadi fase yang tepat untuk bermuhasabah, dan buku #HidupKadangBegitu menjadi panduan yang pas sebagai koreksi terhadap hidup yang selama ini Anda jalani.

The post Muhasabah di Tengah Wabah dengan Buku #HidupKadangBegitu appeared first on Noura Books.

Memahami Konsep Sabar dan Ridha ala Ustadz Zaki Mubarak

$
0
0

Bekas kepala ilmuwan Xerox, John Seely Brown menulis dalam bukunyaThe Social Life of Informationtentang perkembangan era informasi: “Informasi dunia bertambah dua kali lipat setiap hari. Namun tanpa kita sadari, pada saat yang sama kearifan kita berkurang setengahnya.”

Buku itu sendiri terbit pada tahun 2000 saat teknologi informasi berkembang pesat-pesatnya. Tetapi saat itu belum ada media sosial seperti Facebook, Twitter, ataupun WhatsApp, meskipun grup milis menjamur di mana-mana.  Kemudian 20 tahun berselang, ketika kita mendapati berita seperti tarung fisik gara-gara berdebat soal pilihan politik di media sosial maupun penyebaran hoax, maka mungkin kita baru merasakan peringatan Brown tidaklah main-main.

Di tengah gejolak yang ditimbulkan dampak negatif media sosial, Muhammad Zaki Mubarak, seorang dai dari Kalimantan Selatan yang juga akrab disapa Ustadz Zaki tidak tinggal diam. Bagaikan eceng gondok yang tumbuh untuk menjernihkan perairan keruh, Ustadz Zaki turut aktif di media sosial untuk menyebarluaskan hikmah para ulama.

“Seringkali kita saksikan di medsos, orang-orang kehilangan kearifannya. Tak lagi menyaring berita, menyebarkan fitnah, hoax, adu domba yang memicu perselisihan, pertengkaran, dan sebagainya,” ujarnya saat sesi Instagram Live pada Minggu (26/4/2020).

(Baca juga: Muhasabah di Tengah Wabah dengan Buku #HidupKadangBegitu)

Ia sendiri pertama kali aktif di Twitter pada tahun 2017.Kini jumlah pengikut akunnya @zaki_elqattamy sudah mencapai sekitar 31 ribu akun. Motifnya aktif bersosialisasi di Twitter ialah, “hanya ingin berbagi ilmu, biar apa yang saya baca tidak berhenti di saya, tapi menyebar luas manfaatnya.”Melalui Twitter, ia berharap audiensnya jauh lebih luas daripada forum keagamaan yang ia isi.

“Kalau apa yang saya baca cuma disampaikan di majelis-majelis taklim, masjid, pesantren-pesantren, yang pendengarnya cukup terbatas,  tapi alhamdulillah sekarang Allah memberi kemudahan berupa teknologi informasi sedemikian canggih, mengapa tidak kita gunakan agar pesan itu lebih cepat menyebar luas,” jelasnya.

Mengutip perkataan Rasulullah Saw., Ustadz Zaki menyebut jika sedekah ilmu termasuk dalam tiga jenis amalan yang pahalanya mengalir terus walaupun yang menyedekahkan telah tiada.

“Kalau sedekah harta, harta saya terbatas. Kalau sedekah ilmu tidak terbatas dan manfaatnya tidak hanya di dunia tapi juga akhirat. Jadi dengan kita nge-twit nasihat-nasihat baik kita sudah sedekah, (dan) luar biasa manfaatnya. Selama ilmu itu diamalkan banyak orang, selama itu pula pahalanya mengalir ke kita,” jelasnya.

(Baca juga: Memilih Cinta Sebagai Juru Bicara (Agama) Islam)

Cuitan-cuitannya pun mendapat antusias yang besar dari publik di Twitter. Besarnya antusias terhadap cuitannya, kemudian ia manfaatkan untuk jadikan sebuah buku berjudul Sabar dan Ridha. Meskipun terdapat beberapa tema lain dalam cuitannya, tetapi tema Sabar dan Ridha itu yang dipilih menjadi judul buku.

“Judul diambil dari salah satu judul bab buku yang saya susun, mungkin karena tema besarnya itu. Kenapa? Karena sabar (itu) induk dari akhlak mulia. Hampir semua akhlak mulia adalah buah dari pohon kesabaran,” jelasnya.

“Pemaaf adalah buah dari sabar, sabar saat kita emosi.Berani adalah buah dari sabar, sabar saat menghadapi musuh (dan) ancaman,” lanjutnya sambil mencontohkan.

Sedangkan ridha dalam ilmu tasawuf menurutnya lebih tinggi posisinya dibanding sabar. Ridha adalah buah dari kecintaan terhadap Allah, meski ujian silih berganti menghampiri hamba-Nya.

“Sabar menurut ulama, kalau diumpamakan menelan kepahitan tanpa bermasam muka. Tapi kalau mampu tersenyum kita berada di maqam ridha. Kenapa tersenyum, karena yang memahitkan adalah Allah yang mencintai kita,” jelasnya.

Ia mencontohkan praktik sabar dan ridha layaknyahubungan antara pasien yang ingin mencabut gigi dengan dokter gigi. Meskipun cabut gigi mendatangkan rasa sakit, tetapi si pasien tidak lantas membenci sang dokter.

“Kita pasti pernah cabut gigi ke dokter, betapa sakitnya gigi dicabut, tapi ada perasaan benci di hati enggak kepada dokter? Kalau akal sudah cerdas,enggak mungkin kita benci ke dokter, walaupun ia menyakitkan kita,” jelasnya.

Manusia dalam hidupnya memerlukan dua sifat ini untuk menghadapi dunia yang dipenuhi dengan cobaan. Siapapun dia, tidak ada manusia yang dapat terlepas dari cobaan-Nya.

“Namanya juga kita hidup dalam dunia darul bala’ atau tempat cobaan ini. Siapapun orangnya, selama hidupnya tak mungkin tak mengalami cobaan. Jangankan kita, Allah saja sangat cinta pada para nabinya, tapi mereka juga mengalami cobaan bahkan lebih berat dari kita,” ujarnya.

“Makanya dalam buku yang saya susun salah satu yang saya cantumkan (bahwa) hal yang paling sia-sia dalam hidup ini ialah mencari sesuatu yang tidak ada, lelah tanpa hasil apa-apa,” lanjutnya.

Cobaan tidak hanya dijumpai di balik musibah. Nikmat pun ternyata juga dapat mendatangkan cobaan bagi hamba-Nya.

“Bahkan cobaan itu bukan hanya berada di balik musibah, tetapi juga nikmat. Sebagaimana dalam Al-Quran, (Allah) telah berfirman di Surah Al-Anbiya ayat 35,” jelasnya.

Ia mengakui, tidak sedemikian mudah mempraktikkan sabar dan ridha. Tetapi keduanya akan terasa mudah jika dipraktikkan terus-menerus.

Sabar dan ridhamenurut yang saya baca dalam kitab-kitab ulama adalah sebuah seni, seni dalam hidup yang siapapunmempelajarinya, mempraktikkannya, kalau dilatih akan diberi kemudahan oleh Allah,” ujarnya.

Ia mencontohkan praktik sabar dan ridha seperti, “Ibarat nyetir mobil, saat belajar akan terasa sulit, tapi setelah tahu teori dan sering latihan, insyaAllah menyetir itu bukan sesuatu yang sulit, tetapi mudah dan menyenangkan.”

Selain terus-menerus dipraktikkan, manusia juga perlu menggunakan akalnya dengan menambah ilmu untuk memahami sabar dan ridha itu sendiri. Ilmu tersebut salah satunya berasal dari kumpulan hikmah para ulama.

“Asal jangan kita putus asa, semangat menambah ilmu, melatihnya dalam kehidupan kita. Dan insya Allah, teori-teorinya itu akan kita dapati lewat kita membaca hikmah, nasihat-nasihat, wejangan-wejangan para ulama dalam buku yang saya susun,” ujarnya.

Mengutip Imam Ghazali, menurutnya terdapat dua sisi yang bertolak belakang, yakni dorongan akal dan nafsu. Manusia dituntut mampu menggunakan agar tidak terjerumus oleh nafsu yang berlebihan.

“Imam Ghazali r.a. menyebut dalam diri manusia ada dua dorongan yang hampir setiap saat selalu bertolak belakang, (yaitu) dorongan akal dan nafsu. Contoh pas kita lagi jengkel, akal kita menyuruh supaya sabar, di sisi lain nafsu kita menyuruh sumpah serapah, kata-kata kotor, memukul, dan sebagainya,” jelasnya.

“Imam Al-Ghazali mendefinisikan sabar ketika akal berhasil mengalahkan dorongan nafsu. Timbul pertanyaan, bagaimana caranya agar akal kita mudah mengalahkan nafsu? Kuatkan akal dengan iman dan ilmu agama,” lanjutnya.

Allah sendiri telah memberi bekal iman pada hamba-Nya. Tinggal manusia yang dituntut untuk terus menuntut ilmu agar dapat mencerdaskan akal melawan pengaruh nafsu. Menurutnya, semangat menuntut ilmu seharusnya, “Seperti yang dikatakan Imam Asy-Syafi’i, ‘Carilah hikmah seperti ibu yang kehilangan anak satu-satunya.’ Bagaimana semangat ibu ketika kehilangan buah hati satu-satunya, seperti itu hendaklah semangat kita mencari ilmu dan hikmah.”

The post Memahami Konsep Sabar dan Ridha ala Ustadz Zaki Mubarak appeared first on Noura Books.

Viewing all 500 articles
Browse latest View live